Artikel ini berisi tentang 10 budayawan Indonesia terpopuler beragama Kristen dan Katolik.
Budayawan adalah sebuatan bagi mereka yang memberikan perhatian besar terhadap hal-hal yang berhubungan dengan dunia budaya.
Mereka biasanya adalah orang-orang yang belajar tentang ilmu budaya, lalu menjadi praktisi budaya, seperti pemain teater/drama, tari, penulis novel, pelukis, penyair, bahkan aktor film.
Mereka juga ada yang menjadi akademisi di bidang kebudayaan di sebuah universitas, ataupun menjadi pegiat atau aktivis di sebuah organisasi atau lembaga kebudayaan.
Selain itu, para budayawan juga banyak yang berasal dari kalangan ahli filsafat dan agamawan/rohaniwan.
Karena perhatian mereka yang besar terhadap budaya, atau memperjuangkan nilai-nilai budaya, atau bergelut dalam bidang budaya, maka mereka diberi predikat sebagai budayawan.
Baca juga: 7 Menteri Jokowi Beragama Kristen
Para budayawan kerap dimintai pendapat sehubungan dengan masalah-masalah sosial yang terjadi. Mereka diwawancarai, diundang berbicara dalam sebuah diskusi atau seminar, menjadi nara sumber di televisi, serta menulis di koran dan majalah.
Pada umumnya para budayawan dikenal dengan nilai-nilai kemanusiaan yang kental, seperti toleransi, kesetaraan, dan moralalitas.
Selain itu mereka juga sangat mengapresiasi nilai-nilai budaya lokal yang ada di Indonesia, termasuk nilai-nilai budaya yang ada di berbagai etnis.
Baca juga: 25 Politisi Indonesia Terpopuler Beragama Kristen
Saat ini dari sekian banyak budayawan Indonesia, beberapa di antaranya merupakan budayawan Indonesia terpopuler. Sebagian di antaranya beragama Kristen/Katolik.
Artikel kali ini akan membahas 10 budayawan Indonesia terpopuler beragama Kristen dan Katolik. Bahan-bahan bagi profil mereka sebagian besar diambil dari wikipedia.
Siapa sajakah saat ini 10 budayawan Indonesia terpopuler beragama Kristen dan Katolik? Berikut profilnya.
1. Butet Kartaredjasa
Budayawan Indonesia terpopuler beragama Kristen dan Katolik yang pertama adalah Butet Kartaredjasa.
Butet Kartaredjasa lahir di Yogyakarta pada 21 November 1961.
Ia adalah seorang pemeran teater dan pelawak yang terkenal di Indonesia. Butet bergabung di berbagai teater sejak tahun 1977 hingga sekarang.
Butet mendirikan Yayasan Galang yang bergerak dalam pelayanan kampanye publik untuk masalah-masalah kesehatan reproduksi berperspektif gender.
Butet merupakan aktor yang biasa memerankan pentas secara Monolog. Aksinya yang sangat terkenal adalah kemampuannya dalam menirukan suara-suara para tokoh penting, seperti mantan presiden RI, Soeharto.
Ia juga pernah memerankan tokoh SBY (Si Butet Yogja) dalam Republik Mimpi di Metro TV dan pindah tayang di TV One yang merupakan pameo dari presiden RI, SBY.
Secara rutin, setiap hari Sabtu malam, Butet tampil bersama Slamet Rahardjo dalam program komedi satir Republik Sentilan Sentilun (dahulu bernama Sentilan Sentilun) di stasiun Metro TV.
Tahun 2011 bersama Agus Noor dan Djaduk Ferianto (lihat poin 6 di bawah), Butet menggagas program “Indonesia Kita”, sebuah forum pegelaran seni untuk meyakini kembali proses keindonesiaan melalui jalan kesenian dan kebudayaan.
Butet juga merupakan seorang aktor, yang membintangi beberapa film layar lebar seperti Maskot dan Banyu Biru.
2. Franz Magnis Suseno
Budayawan Indonesia terpopuler kedua beragama Kristen/Katolik adalah Franz Magnis Suseno.
Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ lahir di Jerman pada 26 Mei 1936, dari sebuah keluarga bangsawan.
Ia adalah seorang rohaniawan Katolik dan budayawan Indonesia, yang dikenal sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
Sebagai seorang pastur Serikat Yesus, Magnis-Suseno memiliki panggilan akrab Romo Magnis.
Magnis-Suseno datang ke Indonesia pada tahun 1961 pada usia 25 tahun serta menjadi warganegara Indonesia pada tahun 1977, dan menambahkan “Suseno” di belakang namanya.
Tulisan-tulisannya telah banyak dipublikasikan dalam bentuk buku dan artikel. Di antaranya adalah “Etika Politik”, yang menjadi acuan pokok bagi mahasiswa filsafat dan ilmu politik di Indonesia.
Romo Magnis meraih gelar doktor di bidang filsafat dari Jerman, dan doktor kehormatan di bidang teologi dari Universitas Luzern, Swiss.
Franz Magnis Suseno juga dianugerahi Bintang Mahaputra Utama pada 13 Agustus 2015 oleh Pemerintah RI atas jasa-jasanya di bidang kebudayaan dan filsafat.
3. Jaya Suprana
Budayawan Indonesia terpopuler lainnya beragama Kristen/Katolik adalah Jaya Suprana.
Jaya Suprana (Phoa Kok Tjiang) lahir di Denpasar, Bali, pada 27 Januari 1949.
Ia dikenal sebagai seorang yang multi talenta. Jaya Suprana dikenal sebagai seorang pianis, komponis, penulis, kartunis, public speaker, tv presenter, pemerhati masalah sosial, dan budayawan.
Selain itu, ia juga seorang pengusaha sukses yang bergerak dibidang jamu dan obat-obatan farmasi (Jamu Jago Grup).
Ia juga dikenal sebagai Pendiri Museum Rekor Indonesia (MURI), sebuah lembaga pencatat prestasi superlatif bangsa Indonesia (1990). Kumpulan rekor telah dibukukan dalam buku Rekor-Rekor MURI, yang disunting oleh Aylawati Sarwono dan diberi kata sambutan oleh Presiden RI.
Karya musiknya telah dipergelar di Jerman, Belanda, Polandia, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Singapura, Hongkong, Jepang, Srilangka, Bangladesh, Kenya, Aljazair, Spanyol, Hungaria, Austria dan berbagai siaran radio dan televisi.
Bersama Aylawati Sarwono, pada tahun 2009 Jaya mendirikan sebuah Lembaga Pendidikan Seni Pertunjukan “Jaya Suprana School of Performing Arts”, yang banyak memberikan kontribusi dan beasiswa untuk mengembangkan seni musik, seni tari, seni teater dan kesenian tradisional.
Jaya Suprana lulus dengan predikat terbaik di bidang pianoforte dari musik Hochschule, Muenster, Jerman pada tahun 1970 dan menjadi orang Asia pertama di Jerman yang diangkat menjadi Kepala Sekolah Musik.
4. Muji Sutrisno
Budayawan Indonesia terpopuler berikutnya beragama Kristen/Katolik adalah Muji Sutrisno.
Prof. Dr. Fransiskus Xaverius Mudji Sutrisno, SJ lahir di Surakarta (Solo), Jawa Tengah, pada 12 Agustus 1954.
Romo Muji adalah budayawan Indonesia sekaligus rohaniawan Katolik.
Pendidikannya ia tempuh di Seminari Mertoyudan, Jawa Tengah (1972), Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta (1977), Universitas Gregoriana, Roma, Italia (1986), dan Summer Course Religion and Art Ichigaya Sophia University of Tokyo, Jepang (1990).
Romo Muji adalah dosen Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta dan di Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) Jakarta.
Muji Sutrisno pernah menjabat sebagai Wakil Press dan Anggota PEN (Perhimpunan Penulis, Novelis, Esais, Penyair Indonesia).
Ia juga pernah menjadi anggota Lembaga Sensor Film, anggota Komisi Kebenaran dan Persahabatan (2005-2006), dan anggota Komite Pemilihan Umum (2001-2003).
Romo Muji telah menghasilkan banyak karya tulis, khususnya yang berkaitan dengan budaya, filsafat, dan agama.
5. Arswendo Atmowiloto
Budayawan Indonesia terpopuler selanjutnya beragama Kristen/Katolik adalah Arswendo Atmowiloto.
Arswendo Atmowiloto lahir di Surakarta (Solo), Jawa Tengah, pada 26 November 1948.
Arswendo menempuh pendidikannya di IKIP Solo (tidak lulus) dan di International Writing Program, Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat.
Arswendo pernah memimpin Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah di Solo (1972), wartawan Kompas dan pemimpin redaksi tabloid “Hai” dan tabloid “Monitor”.
Pada tahun 1990, ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Monitor, ia ditahan dan dipenjara selama 5 tahun karena dianggap menista agama lewat jajak pendapat di media yang dipimpinnya.
Namun selama dalam tahanan, Arswendo menghasilkan tujuh buah novel, puluhan artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah cerita bersambung. Sebagian dikirimkannya ke berbagai surat kabar, seperti KOMPAS, Suara Pembaruan, dan Media Indonesia. Semuanya dengan menggunakan nama samaran.
Selain menulis novel, ia juga telah membintangi banyak film.
Saat ini selain masih aktif menulis Arswendo juga memiliki sebuah rumah produksi sinetron.
Arswendo mulanya beragama Islam, namun berpindah agama menjadi Katholik mengikuti agama sang istri. (Baca: 25 Artis Indonesia Yang Berpindah Ke Agama Kristen)