Khotbah Natal sangat penting bagi orang Kristen sebagai bahan perenungan atau bahan refleksi diri, khususnya pada momen atau masa-masa Natal.

Khotbah Natal merupakan inti atau puncak acara dari ibadah Natal Kristen, karena itu peran Khotbah Natal sangat vital dalam setiap Perayaan Natal Kristiani, kapan pun dan di mana pun.

Khotbah Natal juga sudah seharusnya lebih sering kita “dengar” melalui khotbah-khotbah di gereja, melalui platform media seperti youtube, bahkan melalui pembacaan artikel berisi khotbah Natal.

Baca juga: 7 Makna Natal Yang Sesungguhnya

Natal atau kisah kelahiran Yesus Sang Juruselamat dunia selalu diperingati/dirayakan oleh sebagian besar umat kristiani di seluruh dunia.

Perayaan natal sudah menjadi suatu tradisi bagi kebanyakan denominasi gereja Kristen. Setiap tanggal 24 Desember malam dan 25 Desember setiap tahun, gereja-gereja sibuk merayakan natal.

Bukan hanya itu, di sepanjang bulan Desember setiap tahun, bahkan juga hingga bulan Januari, natal dirayakan di mana-mana.

Tidak hanya di gereja, tetapi juga di persekutuan doa interdenominasi, persekutuan kantor, sekolah, kampus, lingkungan tempat tinggal dan perkumpulan-perkumpulan Kristen lainnya.

Baca juga: 7 Alasan Mengapa Orang Kristen Merayakan Natal

Dalam merayakan natal atau memperingati hari kelahiran Yesus Kristus, maka peran khotbah sangat penting.

Khotbah merupakan inti atau puncak ibadah Kristen, khususnya denominasi  gereja Protestan.

Demikian juga dalam ibadah-ibadah raya natal untuk memperingati kelahiran Yesus Kristus, peran khotbah sangat penting.

Dan artikel di bawah ini akan menyajikan 10 khotbah terbaik tentang Natal, yang sebagian besar merupakan khotbah natal ekspositori.

Seperti kita tahu, khotbah-khotbah tentang natal biasanya adalah peristiwa-peristiwa seputar kelahiran Yesus dalam kitab-kitab Injil, khususnya Injil Matius dan Injil Lukas.

Tetapi selain itu khotbah-khotbah natal juga kadang diambil dari kitab-kitab Injil lain atau kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya yang menggambarkan inkarnasi atau kedatangan Yesus Kristus ke dunia sebagai manusia.

Bahkan khotbah-khotbah natal juga banyak diambil dari kitab-kitab Perjanjian Lama yang berisi nubuat-nubuat tentang kelahiran sang Juruselamat dunia, Yesus Kristus.

Baca juga: 10 Pemeran Utama Dalam Peristiwa Natal Di Alkitab

Tetapi 10 khotbah terbaik tentang natal dalam artikel ini semuanya diambil dari Injil Matius dan Injil Lukas.

Kesepuluh khotbah terbaik tentang natal ini mencakup peristiwa kelahiran Yesus sendiri, peristiwa-peristiwa lain sebelum dan sesudah kelahiranNya, serta ayat-ayat lain yang berkaitan dengan kelahiran Yesus.

Khotbah-khotbah terbaik tentang natal ini bertujuan untuk memberi renungan-renungan seputar natal bagi para pembaca dan yang relevan untuk diterapkan dalam hidup kita pada zaman modern ini.

Baca juga: 7 Fakta Tentang Malaikat Gabriel Yang Perlu Anda Tahu

Dengan membaca khotbah-khotbah terbaik tentang natal dalam artikel ini maka pembaca seperti mendengar suatu khotbah natal dalam ibadah natal yang mungkin hanya satu atau dua kali bisa diikutinya.

Artikel khotbah tentang natal ini juga perlu bagi para pembaca yang ingin lebih banyak lagi mengetahui dan merenungkan tema-tema khotbah yang berbau natal.

Baca juga: 7 Nubuat Perjanjian Lama Yang Yang Digenapi Saat Kelahiran Yesus

Selain itu, artikel berisi khotbah-khotbah terbaik tentang natal ini juga dapat dijadikan sebagai bahan khotbah dalam ibadah natal di berbagai gereja atau di berbagai komunitas Kristen.

Para pengkhotbah tinggal menambahkan ilustrasi-ilustrasi atau bagian-bagian khotbah lainnya yang dianggap perlu pada kerangka khotbah (poin-poin khotbah) yang telah disediakan dalam artikel ini.

Baca juga: 7 Fakta Tentang Orang Majus Yang Perlu Anda Tahu

Sebab khotbah-khotbah natal ini hanya dibuat secara singkat saja, hanya garis besarnya. Karena itu perlu ditambahkan lagi sehingga dapat memenuhi durasi khotbah yang ideal (sekitar 20-40 menit).

Berikut 10 khotbah terbaik tentang natal yang perlu kita renungkan, khususnya di masa-masa natal ini.

 

1. Tuhan Dapat Memakai Orang Yang Lemah Untuk Menggenapi RencanaNya (Matius 1:1-17)

Dalam Injil Matius 1 terdapat silsilah Yesus, yang merupakan bagian paling awal dari Injil tersebut.

Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa Yesus, yang menjadi pusat pemberitaan Injil Matius,  mempunyai garis keturunan dari Abraham, suku Yehuda, dan Daud.

Hal yang menarik dari silsilah Yesus ini adalah disebutnya 4 tokoh perempuan Perjanjian Lama di dalamnya (selain Maria, ibu Yesus), suatu hal yang tidak lazim dalam silsilah Yahudi.

Perempuan, selain jarang disebut dalam silsilah, sering dianggap lebih rendah daripada laki-laki.

Tetapi keempat perempuan dalam silsilah Yesus ini lebih lemah lagi, sebab mereka masing-masing mempunyai kekurangan lain, yakni bukan orang Israel asli atau keturunan Abraham yang menyembah Tuhan, dan/atau mempunyai cacat moral.

Tetapi hal itu tak membuat mereka menjadi tidak berharga. Allah justru memakai mereka sebagai sarana bagi keselamatan manusia. Mereka adalah nenek moyang Juruselamat.

Berikut keempat perempuan yang menjadi nenek moyang Tuhan Yesus secara manusia serta kelemahan mereka masing-masing.

 

1. Tamar, perempuan asing yang berzinah dengan ayah mertuanya (ayat 3)

Tamar adalah perempuan yang bukan orang Israel asli atau keturunan Abraham yang menyembah Tuhan.

Tamar juga mempunyai cacat moral. Sebab ia menikah dengan ayah mertuanya, Yehuda.

Yehuda, anak keempat Yakub, mempunyai tiga orang anak laki-laki. Anak pertama bernama Er, anak kedua bernama Onan, anak ketiga bernama Syela.

Er menikah dengan Tamar. Tetapi Er itu jahat sehingga Tuhan menghukum mati dia.

Lalu Yehuda menyuruh anaknya yang kedua, Onan, mengambil Tamar menjadi istrinya sehingga kakaknya, Er, mendapat keturunan dari Onan.

Tetapi Onan itu juga jahat sehingga Tuhan membunuhnya.

Yehuda sebenarnya masih punya satu lagi anak laki-laki yang bisa diberikannya kepada Tamar, yakni Syela; tetapi dia masih kecil.

Di samping itu Yehuda juga takut memberikannya kepada Tamar, kalau-kalau anak itu nanti juga berlaku sama dengan abang-abangnya sehingga Tuhan menghukum mati dia.

Untuk itu Yehuda meminta Tamar kembali ke orang tuanya sebagai janda. Yehuda berjanji bahwa setelah anak bungsunya besar, ia akan menikahkannya dengan Tamar.

Tetapi ketika anak bungsunya besar, Yehuda tak kunjung memberikannya kepada Tamar.

Karena itu Tamar menjadi kecewa, sebab ia merasa dipermainkan oleh ayah mertuanya, Yehuda.

Maka Tamar menjebak Yehuda dengan menyamar sebagai perempuan sundal (pelacur).

Yehuda, tanpa mengetahui bahwa Tamar adalah menantunya sendiri, menghampiri Tamar. Ia memberikan cap meterai, kalung, dan tongkatnya kepada Tamar sebagai jaminan. Dan Tamar pun mengandung.

Ketika Tamar menuntut Yehuda, ia tak bisa mengelak, sebab barang-barang miliknya ada pada Tamar.

Akhirnya Yehuda pun mengaku salah karena ia tidak memberikan anaknya yang bungsu kepada Tamar. Ia pun akhirnya mengambil Tamar menjadi istrinya.

Dari Yehuda, Tamar mendapat dua anak, salah satunya menjadi nenek moyang Tuhan Yesus (Kejadian 38:1-30).

Kendati Tamar bukan orang Israel asli/keturunan Abraham yang menyembah Tuhan serta mempunyai cacat moral, ia beroleh kasih karunia Allah.

Allah memilihnya sebagai penerus umat pilihan Tuhan dan nenek moyang Sang Juruselamat sehingga namanya tercantum dalam silsilah Yesus.

 

2. Rahab, perempuan asing dan perempuan sundal  (ayat 5a)

Rahab adalah seorang perempuan sundal (pelacur) di Yerikho, kota pertama yang ditaklukkan oleh bangsa Israel di Tanah Kanaan.

Jadi selain cacat moral, Rahab bukanlah bangsa Israel asli, umat pilihan Tuhan.

Ketika Yosua mengutus dua orang pengintai ke Yerikho (Tanah Perjanjian), Rahab menyembunyikan mereka di rumahnya, karena ia tahu dan yakin bahwa Yerikho telah diserahkan oleh Tuhan kepada bangsa Israel (Yosua 2).

Hal ini dianggap sebagai tindakan iman yang besar sehingga nama Rahab termasuk ke dalam deretan para pahlawan iman (Ibrani 11).

Ketika kota Yerikho jatuh ke tangan bangsa Israel, hanya Rahab dan keluarganya yang diselamatkan, selebihnya ditumpas oleh bangsa Israel.

Rahab kemudian menikah dengan Salmon, salah satu laki-laki Israel dari suku Yehuda dan menjadi nenek moyang Tuhan Yesus secara manusia sehingga namanya terdapat dalam silsilah Yesus.

3. Rut, perempuan asing (ayat 5b)

Naomi adalah seorang perempuan Israel yang pergi bersama keluarganya mengungsi dari kampung halamannya di Betlehem menuju Moab, karena kelaparan yang terjadi di Israel.

Naomi pergi ke Moab bersama suaminya, Elimelekh, dan kedua anaknya laki-laki, Mahlon dan Kilyon.

Di Moab suami Naomi meninggal.

Dan kedua anak Naomi menikah, anak pertama menikahi Orpa, anak kedua menikahi Rut, keduanya orang Moab yang tidak meyembah Tuhan Israel.

Tetapi kedua anak Naomi itu pun kemudian meninggal tanpa meninggalkan anak.

Lalu Naomi bersiap pulang ke kampungnya, di Betlehem, Israel, setelah masa kelaparan di Israel berlalu.

Ia meminta kedua menantunya itu untuk kembali kepada orang tua mereka masing-masing.

Walau dengan berat hati, Orpa akhirnya bersedia pulang ke orang tuanya.

Tetapi berbeda dengan Orpa, Rut tidak betsedia pulang ke orang tuanya. Rut bersikeras ingin mengikuti mertuanya itu pulang ke Israel dan menyembah Tuhan Israel (Rut 1).

Akhirnya Naomi dan Rut pun kembali ke Betlehem, kampung halaman Naomi.

Di Betlehem Rut akhirnya dinikahkan dengan Boas, seorang pria kaya namun baik hati dan takut akan Tuhan, yang masih merupakan kerabat Naomi, dari keturunan Yehuda.

Rut melahirkan anak laki-laki bernama Obed. Obed adalah ayah Isai, ayah Daud, raja terbesar Israel (Rut 4).

Jadi Rut, perempuan asal Moab,  adalah nenek moyang Sang Juruselamat sehingga namanya disebut dalam silsilah Tuhan Yesus.

4. Batsyeba, berzinah dengan Daud (ayat 6)

Batsyeba adalah istri Uria orang Het, salah satu prajurit terbaik raja Daud. Namun Batsyeba kemudian menjadi istri Daud.

Daud pertama kali mengenal Batsyeba ketika ia melihatnya sedang mandi. Lalu Daud menyuruh memanggilnya dan melakukan hubungan seksual dengannya, padahal Batsyeba sudah menikah (2 Samuel 11:2-3).

Untuk menutupi perbuatannya, Daud pun menyuruh Uria segera pulang ke rumahnya. Tetapi siasatnya ini gagal.

Lalu Daud memerintahkan membunuh Uria dengan cara menempatkannya di bagian paling depan dalam pertempuran!

Kemudian Daud mengambil Batsyeba menjadi istrinya, hal mana membuat Tuhan murka dan menghukum Daud.

Salah satu hukuman Tuhan kepada Daud (dan juga Batsyeba) adalah Ia menulahi anak mereka sehigga mati.

Namun Batsyeba juga Tuhan pakai sebagai sarana keselamatan dengan menjadi nenek moyang Sang Juruselamat, sehingga namanya tercantum dalam silsilah Yesus.

Memang, namanya tidak secara langsung disebut, hanya disebut sebagai istri Uria, bukan istri Daud.

Tetapi hal ini justru mengingatkan orang bahwa dia ketika masih istri Uria, sudah melakukan perzinahan; sehingga kasih Allah (yang memakainya sebagai sarana keselamatan) semakin nyata baginya.

Apa pun latar belakang kita Tuhan bisa pakai, asalkan kita bertobat dan menyerahkan hidup kita kepadaNya.

 

2. Tiga Hal Yang Membuat Doa Dikabulkan (Lukas 1:5-25)

Zakharia adalah ayah Yohanes Pembaptis, yang menjadi perintis jalan bagi kedatangan Sang Mesias, Yesus Kristus.

Karena itu kisah Zakharia menjadi kisah yang penting dalam masa-masa Natal. Bahkan penampakan malaikat Tuhan kepadanya yang memberitahukan kelahiran putranya, menjadi ayat-ayat pembuka Injil Lukas.

Saat itu Zakharia memang belum mempunyai anak. Padahal ia dan istrinya, Elisabet, sudah tua. Istrinya juga seorang yang mandul.

Sebelum Tuhan mengabulkan doanya akan seorang anak dan malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya, Zakharia memiliki cara hidup yang patut diteladani.

Tidak heran, Tuhan akhirnya mengabulkan doanya. Dan tidak tagggung-tanggung: Tuhan memberinya seorang anak yang menjadi pendahulu sang Mesias, Juruselamat dunia.

Berikut cara hidup Zakharia yang membuat doanya dikabulkan oleh Tuhan.

1. Hidup dalam kesalehan (ayat 6)

Zakharia beserta istrinya, Elisabet, adalah orang yang saleh, orang yang benar di hadapan Tuhan.

Mereka hidup menurut segala firman Tuhan dengan tidak bercacat.

Sekalipun Zakharia dan istrinya  tidak mempunyai anak, mereka tidak menjadi kecewa kepada Tuhan dan hidup di dalam dosa.

Mereka tetap hidup benar di hadapan Tuhan dan melakukan firmanNya.

Orang percaya harus mempertahankan cara hidup yang saleh dan berkenan kepada Tuhan serta tidak boleh hidup di dalam dosa sekalipun hidup kita tidak sempurna dan masih berkekurangan.

2. Setia dengan pelayanan yang Tuhan percayakan (ayat 8-9)

Zakharia adalah seorang imam yang sewaktu-waktu bertugas di dalam Bait Suci sesuai dengan hasil undian.

Karena banyaknya para imam Israel, maka tidak bisa semuanya melayani secara bersama-sama, harus bergantian atau bergiliran.

Umumnya seorang imam mendapat giliran melayani di Bait Suci sekali dalam setahun atau sekali dalam beberapa tahun.

Tetapi banyak juga imam yang melayani di Bait Suci hanya sekali seumur hidup, bahkan ada yang tidak pernah melayani satu kali pun hingga matinya!

Pada masa itu untuk mengatur jadwal pelayanan secara bergilir adalah dengan cara diundi.

Dan ketika kena undi, Zakharia mendapat giliran melayani di Bait Allah.

Tidak diketahui sudah berapa kali Zakharia melayani di Bait Suci. Apakah sudah pernah sebelumnya ataukah baru kali ini?

Yang jelas menunggu tiba giliran melayani di Bait Suci serta menjalankan pelayanan tersebut dibutuhkan kesetiaan.

Zakharia, sekalipun belum dikaruniai seorang anak, tetap setia melayani Tuhan. Dia tidak menjadi kecewa sekalipun ia sudah tua.

Apa pun pergumulan hidup yang sedang kita alami hendaknya hal itu tidak mengurangi kesetiaan kita dalam melayani Tuhan.

3.  Berdoa secara tekun (ayat 13)

Ketika Zakharia sedang bertugas di Bait Suci untuk membakar ukupan (lambang doa untuk umat), tiba-tiba seorang malaikat menampakkan diri kepadanya dan berkata bahwa doanya sudah dikabulkan Tuhan.

Istrinya akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak dan hendaklah ia menamainya Yohanes.

Dialah Yohanes pembaptis, perintis jalan bagi Mesias, Tuhan Yesus.

Rupanya Zakharia sudah lama berdoa bagi kelahiran seorang anak.

Tentu sebagai imam, pada saat itu ia sedang berdoa bagi umat Allah, Israel. Tetapi ia juga berdoa untuk dirinya sendiri saat itu, bahkan selama ini dalam doa pribadinya di rumah.

Jadi ketika malaikat mengatakan bahwa doanya telah dikabulkan Allah itu berarti bahwa doanya yang digumulinya selama ini tentang seorang anak, Tuhan telah kabulkan.

Hal ini berarti bahwa Zakharia tekun berdoa untuk seorang anak dalam keluarganya.

Sekalipun sepertinya mustahil, karena usianya yang sudah tua dan istrinya yang mandul, namun Zakharia tetap setia dalam doa-doanya.

Tidak heran, Tuhan akhirnya mengabulkan doanya untuk seorang anak, bukan hanya anak biasa, melainkan perintis jalan bagi Mesias dan yang membuat banyak orang Israel berbalik kepada Allah (ayat 14-17).

Tuhan ingin kita tetap bertekun di dalam doa-doa kita, sebab akan tiba waktunya Ia akan menjawabnya.

 

3. Sikap Yang Benar Dalam Menghadapi Pergumulan Hidup (Lukas 1:26-38)

Maria adalah perempuan sederhana yang tinggal di kota Nazaret, Galilea. Ia masih gadis dan sedang bertunangan dengan Yusuf, seorang laki-laki dari keturunan Daud.

Suatu ketika malaikat Gabriel datang kepadanya untuk memberitahukan bahwa ia akan melahirkan Juruselamat dunia.

Ketika Maria mendengar bahwa ia akan mengandung, maka ia sangat terkejut.

Tentu hal ini sangat wajar sebab Maria saat itu belum menikah.

Dan hamil di luar nikah adalah sebuah aib besar yang sangat memalukan, bahkan pada masa itu bisa diganjar dengan hukuman mati karena dianggap berzinah.

Hal inilah yang menjadi pergumulan batin bagi Maria.

Dalam menghadapi ini maka Maria melakukan tiga hal, yang bisa kita terapkan dalam hidup kita.

1. Bertanya kepada Tuhan (ayat 34)

Ketika mendengar berita yang mengejutkan bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak, Maria tidak hanya diam.

Maria bertanya kepada Tuhan melalui malaikat Gabriel, bagaimana caranya dia bisa mengandung dan melahirkan anak jika dia belum bersuami?

Maria tidak hanya bertanya di dalam hatinya (ayat 29), melainkan bertanya langsung kepada malaikat yang membawa berita kepadanya.

Ketika kita menghadapi pergumulan hidup kadang kita bertanya-tanya di dalam hati.

Tetapi hal itu tidak cukup. Kita perlu bertanya langsung kepada Tuhan lewat doa-doa kita untuk menemukan solusi.

2. Merendahkan diri di hadapan Tuhan (ayat 38a)

Setelah malaikat Gabriel menjawab kegundahan hati Maria, maka Maria berkata, “Aku ini adalah hamba Tuhan.”

Ini adalah bentuk kerendahan hati seseorang di hadapan Tuhan.

Maria tahu memposisikan dirinya di hadapan Tuhan. Dia hanyalah seorang hamba yang tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan.

Maria yakin bahwa Tuhan itu berdaulat dan maha kuasa. Dia dapat melakukan apa pun yang kelihatannya mustahil bagi manusia.

Sebab, seperti yang disampaikan oleh malaikat Gabriel kepadanya, tidak ada yang mustahil bagi Allah (Lukas 1:37).

Allah lebih daripada sanggup untuk membuat Maria yang belum bersuami mengandung dari Roh Kudus.

Inilah yang disadari penuh oleh Maria.

Ketika kita diperhadapkan pada sebuah pergumulan hidup, kita dapat berkata seperti Maria, “Aku ini adalah hamba Tuhan.”

3. Berserah di hadapan Tuhan (ayat 38b)

Sejalan dengan sikap Maria yang merendahkan diri di hadapan Tuhan, Maria juga berserah kepada Tuhan.

Maria berkata, “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Ini bukanlah pasrah terhadap keadaan, melainkan memasrahkan diri kepada Tuhan.

Karena Maria sadar bahwa dia hanyalah seorang hamba, maka dia pun mempercayakan hidupnya kepada Tuhan.

Maria tahu bahwa Tuhan baik kepadanya, bahwa Dia tidak mungkin akan merencanakan hal yang buruk kepadanya. Dia yakin bahwa Tuhan dapat dipercayai.

Karena itulah dengan penuh keyakinan ia mempercayakan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan.

Jika kita percaya pada kasih dan kuasa Tuhan, maka seharusnya kita tidak perlu lagi ragu untuk memasrahkan seluruh hidup kita kepadaNya.

 

4. Jati Diri Yesus Yang Lahir Di Dunia (1:26-38)

Ketika malaikat Gabriel memberitahu Maria bahwa ia akan mengandung Juruselamat dari Roh Kudus, Gabriel menjelaskan tentang jati diri Yesus.

Ada tiga jati diri Yesus yang disingkapkan oleh malaikat Gabriel kepada Maria.

1. Yesus adalah Anak Allah Yang Mahatinggi (ayat 32a)

Yesus yang akan dikandung dan dilahirkan oleh Maria adalah Anak Allah Yang Mahatinggi.

Yang Mahatinggi adalah salah satu gelar Allah tertua yang banyak dipakai pada Perjanjian Lama.

Kata kuncinya di sini adalah Anak Allah.

Istilah Anak Allah dipahami sebagai hubungan yang unik dengan Allah, yang setara dengan Allah.

Memang, dalam arti biasa, umat Israel atau orang Kristen dapat juga disebut sebagai anak-anak Allah (Yohanes 1:12), sebagaimana dicatat di Alkitab.

Tetapi Anak Allah, dalam pengertian ilahi, hanya dikenakan kepada Yesus. Itulah sebabnya Ia disebut Anak Tunggal Allah  (Yohanes 1:18) atau Anak satu-satunya.

Dengan menyebut Yesus sebagai Anak Allah, maka malaikat Gabriel ingin menyatakan bahwa Ia adalah Allah (Allah Anak, Oknum kedua dari Tritunggal Allah) yang datang ke dunia menjadi manusia.

Yesus bukanlah manusia yang menjadi Allah atau Tuhan, tetapi sebaliknya: Tuhan yang menjadi manusia. Dikandung dan dilahirkan sebagai manusia.

2. Yesus adalah Raja yang kekal (ayat 32b-33)

Malaikat Gabriel juga berkata bahwa Yesus yang akan dikandung oleh Maria adalah raja yang kekal sampai selamanya.

Malaikat Gabriel berkata bahwa Yesus akan memerintah atas keturunan Yakub sampai selama-lamanya.

Tetapi hal ini tidak berarti bahwa Yesus hanya raja atas keturunan Yakub atau bangsa Israel saja.

Gabriel mengatakan demikian karena memang mesias, raja Israel dari keturunan Daud yang dijanjikan Tuhan, dipahami oleh orang Israel/orang Yahudi sebagai raja mereka saja, bukan raja seluruh dunia.

Karena itu malaikat Gabriel mengatakan kepada Maria bahwa Yesus adalah raja atas keturunan Yakub sampai selama-lamanya.

Tetapi maksudnya adalah bahwa Yesus merupakan raja atas umatNya, atas semua orang yang percaya kepadaNya.

Raja yang dimaksud di sini adalah secara rohani, bukan secara politis, yang berpuncak pada masa pemerintahan Mesias kelak atau yang biasa disebut Kerajaan Seribu Tahun atau Kerajaan Milenium.

3. Yesus adalah kudus (ayat 35)

Karena Yesus adalah Anak Allah yang Mahatinggi, maka Dia adalah kudus, terpisah dari manusia.

Yesus dikandung Maria bukan oleh manusia, dari hubungan suami-istri, tetapi Dia dikandungnya dari Roh Kudus.

Dia bukanlah benih manusia, tetapi benih Allah.

Dia bukanlah manusia biasa, Dia adalah Tuhan sendiri yang datang ke dunia.

Justru karena Dia adalah kudus, yang ilahi, maka Dia layak menjadi Juruselamat manusia yang berdosa.

Sebab semua manusia, yang lahir melalui hubungan manusia, telah tercemar oleh dosa.

Semua nabi, imam, para pemimpin agama, bahkan manusia yang paling saleh sekalipun, tidak layak menjadi Juruselamat manusia dari dosa.

Sebab di dalamnya mengalir darah dosa, yang diwariskannya dari nenek moyangnya, Adam.

Hanya Allah yang layak menjadi Juruselamat manusia dari dosa.

Dan Yesus adalah Allah sendiri yang datang sebagai manusia, yang dikandung oleh manusia, lahir dari manusia, agar bisa mati bagi manusia yang berdosa.

 

5. Tujuan Kelahiran Yesus Di Dunia (Lukas 1:67-75)

Ketika istri Zakharia, Elisabet, melahirkan  anak, maka Zakharia penuh Roh Kudus dan bernubuat.

Dalam nubuat tersebut, yang dikenal sebagai nyanyian pujian Zakharia, atau dalam istilah Latin, Benedictus, Zakharia menyingkapkan tujuan sebenarnya dari kelahiran Yesus Kristus di dunia.

Zakharia menyebutkan 4 tujuan kelahiran Yesus di bumi, khususnya bagi umatNya.

Pada masa itu, dalam pemahaman Zakharia, dan pemahaman orang-orang Israel secara umum, umat Allah dipahami sebagai keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub, atau singkatnya bangsa Israel/Yahudi.

Tetapi umat Allah yang kita pahami saat ini, sebagaimana dalam Alkitab Perjanjian Baru, adalah gereja.

Gereja adalah kumpulan orang-orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi.

Inilah 4 tujuan kelahiran Yesus di dunia.

1. Untuk menggenapi janji Tuhan kepada Daud dan nubuat nabi-nabi (ayat 69-70).

Kedatangan Yesus ke dunia merupakan penggenapan janji/nubuatNya kepada Daud, raja terbesar Israel.

Daud adalah orang pilihan Tuhan. Kepadanya Tuhan telah berfirman bahwa tahtanya akan dibangun turun-temurun. Pemerintahan Daud tidak akan berakhir.

Ternyata yang dimaksud dengan tahta atau pemerintahan Daud di sini bukanlah secara harfiah, dalam arti politis, tetapi secara rohani.

Yesus akan menjadi raja dan Tuhan atas umatNya. Dan hal ini akan benar-benar menjadi nyata tatkala Ia datang untuk kali kedua sebagai raja dalam kerajaan mesianik atau Kerajaan Seribu Tahun.

Selain menggenapi janjiNya kepada Daud, kelahiran Yesus di dunia juga menjadi penggenapan atas nubuat nabi-nabi di Perjanjian Lama, seperti nubuat nabi Musa, Yesaya, dan Mikha.

2. Untuk melepaskan manusia dari musuh/dosa (ayat 71).

Tujuan kelahiran Yesus yang lain adalah untuk melepaskan kita dari musuh. Musuh di sini harus diartikan secara rohani, yakni dosa dan iblis.

Manusia telah terbelenggu oleh dosa sejak kejatuhan manusia pertama, Adam, ke dalam dosa.

Dalam diri semua manusia yang adalah keturunan Adam, mengalir darah dosa.

Segala upaya manusia untuk menyelamatkan dirinya dari dosa adalah sia-sia.

Kurban-kurban persembahan, kesalehan, amal ibadah, dan segala ritual agama, tak mampu menyelamatkan manusia dari belenggu dosa.

Karena itu Yesus, yang adalah Tuhan sendiri, rela datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari dosa.

3. Untuk menggenapi janjiNya kepada Abraham (ayat 72-73)

Kedatangan Yesus ke dunia sebagai manusia juga merupakan penggenapan janji Allah kepada Abraham.

Allah telah berjanji kepada Abraham, nenek moyang bangsa Israel, bapa orang beriman, bahwa olehnya seluruh bumi akan diberkati atau diselamatkan (Kejadian 12:1-3).

Bagaimanakah caranya Abraham dapat memberkati/menyelamatkan seluruh bumi?  Melalui keturunannya, yakni Yesus Kristus yang datang ke dunia sebagai manusia (Galatia 3:16).

4. Untuk membuat kita beribadah kepada Tuhan secara benar (ayat 74-75)

Tujuan terakhir kedatangan Yesus ke dunia adalah agar kita dapat beribadah kepada Tuhan secara benar.

Melalaui kedatangan Yesus ke dunia, kita tidak lagi beribadah secara legalistik, tak lagi dibatasi oleh ruang, seperti halnya Bait Suci Israel.

Kita beribadah kepada Allah dalam roh dan kebenaran, dengan segala totalitas hidup kita (Yohanes 4:24).

Dalam konteks eskatologis (akhir zaman), hal ini juga dapat mencakup ibadah kita dalam kehidupan kekal di surga; ibadah yang sesungguhnya, yang tak mungkin ada di dunia.

This Post Has 4 Comments

  1. Jemi Wesley

    Bos ijin copy ya buat pegangan sewaktu-waktu diberi kesempatan mendadak..
    Tuhan Yesus memberkati selalu.

  2. Lina

    Khotbahnya sangat menguatkan. Thanks ya. God bless.

Tinggalkan Balasan