Artikel ini berisi tentang 10 nubuat Perjanjian Lama yang digenapi saat kematian Yesus.
Setidaknya ada 10 nubuat Perjanjian Lama yang digenapi saat kematian Yesus.
Kesepuluh nubuat Perjanjian Lama yang digenapi saat kematian Yesus ini terdapat di berbagai kitab Perjanjian Lama.
Memang, penderitaan, penyaliban dan kematian Yesus di dunia bukanlah terjadi secara mendadak, hal itu sudah ada dalam rancangan Allah beribu-ribu tahun sebelumnya.
Dan telah dinubuatkan di Perjanjian Lama jauh sebelumnya, ratusan bahkan ribuan tahun sebelumnya.
Baca juga: 7 Nubuat Perjanjian Lama Yang Digenapi Saat Kelahiran Yesus
Penderitaan, penyaliban dan kematian Yesus di dunia adalah rancangan Allah yang besar untuk menyelamatkan manusia ciptaanNya yang terbelenggu oleh dosa.
Tidak lama setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan telah menubuatkan dalam Perjanjian Lama bahwa suatu saat nanti Ia akan menghancurkan dosa dan iblis, sumber dosa, melalui salah seorang keturunan manusia/Hawa (lihat poin 1 di bawah).
Nubuat Perjanjian Lama itu jelas mengacu pada kedatangan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat, ke dunia.
Baca juga: 10 Nubuat Perjanjian Lama Yang Digenapi Saat Penyaliban Yesus
Hal ini kemudian dipertegasNya melalui Abraham, orang yang dipilihNya sebagai penyalur keselamatan itu ke seluruh bumi.
Lalu lewat nabi-nabiNya di Perjanjian Lama, atau orang-orang pilihanNya dari antara bangsa Israel, umat pilihanNya, yakni keturunan Abraham yang dipilihNya.
Nabi-nabi Perjanjian Lama ini dalam rentang ribuan tahun, dalam berbagai cara dan kesempatan, telah bernubuat tentang kedatangan, penderitaan, bahkan kematian Sang Juru Selamat dunia, yang dalam konsep Perjanjian Lama lebih dikenal sebagai Mesias.
Baca juga: 10 Nabi Yang Bernubuat Tentang Yesus
Dari sekian banyak nubuat tentang kematian Juru Selamat atau Mesias di Perjanjian Lama, di sini dicantumkan 10 di antaranya.
Di sini akan dibahas 10 nubuat Perjanjian Lama yang digenapi saat kematian Yesus.
Nubuat apa sajakah yang termasuk ke dalam 10 nubuat Perjanjian Lama yang digenapi saat kematian Yesus?
Berikut pembahasannya.
1. Nubuat Tentang Penghancuran Iblis Melalui Kematian Yesus
Nubuat Perjanjian Lama yang digenapi saat kematian Yesus, yang pertama adalah nubuat tentang penghancuran kuasa iblis melalui kematian Yesus.
“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kejadian 3:15)
Ini adalah ayat yang sudah terkenal, yang diucapkan oleh Allah sendiri kepada iblis, setelah manusia jatuh ke dalam dosa.
Dalam ayat ini, yang dikenal sebagai proto-evangelium atau injil yang pertama/benih injil, Allah menubuatkan bahwa keturunan perempuan (Hawa), yakni Yesus Kristus, akan meremukkan kepala iblis.
Ayat ini digenapi saat kematian Yesus, seperti nyata dari ayat di bawah ini.
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.” (Ibrani 2:14).
Tentu iblis belum sepenuhnya hancur sejak kematian Yesus, kuasanya masih ada.
Namun kuasanya itu terbatas, dan kelak ia akan dikalahkan sepenuhnya pada akhir zaman. (Baca: 10 Fakta Tentang Iblis Menurut Pandangan Kristen)
2. Nubuat Tentang Yesus Sebagai Anak Domba Paskah
Nubuat Perjanjian Lama yang digenapi saat kematian Yesus, yang kedua adalah Nubuat Tentang Yesus Sebagai Anak Domba Paskah.
Orang Israel mempunyai tradisi Paskah dengan menyembelih dan memakan seekor anak domba, yang disebut sebagai anak domba Paskah.
Di setiap hari Paskah, setiap keluarga di Israel harus menyembelih dan memakan anak domba ini. (Baca: 10 Fakta Tentang Paskah Menurut Alkitab)
“Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing. Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja.” (Keluaran 12:5-6)
Anak domba Paskah ini ternyata merupakan nubuat bagi Yesus Kristus, sehingga Yesus disebut sebagai anak domba Paskah kita.
Hal ini dijelaskan oleh Rasul Paulus,
“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” (1 Korintus 5:7)
Kapankah Yesus, anak domba Paskah kita “disembelih”?
Sudah pasti pada saat Ia disalibkan dan wafat di kayu salib.
3. Nubuat Tentang Yesus Sebagai Roti Hidup
Nubuat Perjanjian Lama yang digenapi saat kematian Yesus, yang ketiga adalah Nubuat Tentang Yesus Sebagai Roti Hidup.
Ketika berada di padang gurun selama 40 tahun, dalam perjalanan keluar dari perbudakan di Mesir menuju Tanah Perjanjian, bangsa Israel Tuhan beri manna.
Manna itu adalah makanan dari surga, bukan yang tumbuh di bumi ini. Itulah makanan bangsa Israel selama masa pengembaraan 40 tahun tersebut.
“Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak.… Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi. Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: Apakah ini? Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata kepada mereka: Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu.” (Keluaran 16:4, 14, 15)
Manna atau roti surga ini ternyata merupakan nubuat tentang Yesus, seperti nyata dari Perjanjian Baru.
Ketika Yesus selesai membuat mujizat besar, memberi makan 5000 orang laki-laki dengan hanya lima roti dan dua ikan, maka banyak orang yang menyaksikan mujizat tersebut datang kepadaNya.
Mereka takjub akan mujizat tersebut, bukan takjub akan pribadi Yesus, Sang Pembuat mujizat. Mereka hanya mencari mujizat, bukan Pribadi dan pengajaran Yesus.
Karena itulah Yesus menegur mereka. Lalu terjadilah percakapan antara mereka dengan Yesus, tentang roti.
Orang-orang Yahudi tersebut berbicara tentang roti dari surga atau manna, yang menjadi makanan nenek moyang mereka selama 40 tahun di padang gurun.
Yesus menjawab mereka bahwa nenek moyang mereka yang makan roti itu telah mati. Tetapi Dialah roti hidup yang sesungguhnya, barangsiapa yang memakannya akan tetap hidup selamanya.
“Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” (Yohanes 6:48-51).
“Memakan” Yesus sebagai roti hidup tentu maksudnya adalah secara kiasan, yang dimaksud adalah percaya kepadaNya yang akan mati bagi penebusan dosa, seperti nyata dari ayat-ayat selanjutnya.
Jadi roti manna dalam Perjanjian Lama adalah nubuat tentang Yesus sebagai roti hidup yang akan mati bagi manusia.
4. Nubuat Tentang Darah Perjanjian Baru
Nubuat Perjanjian Lama yang digenapi saat kematian Yesus, yang keempat adalah Nubuat Tentang Darah Perjanjian Baru.
Bangsa Israel adalah umat pilihan Allah oleh karena janjiNya kepada Abraham, nenek moyang mereka.
Sebagai umat pilihan Allah, Allah juga mengikat perjanjian dengan bangsa Israel, bahwa mereka akan menjadi umat yang taat pada firman/Taurat yang diberikanNya kepada mereka.
Perjanjian Tuhan dengan bangsa Israel itu diikat dan disahkan dengan darah.
“Sesudah itu Musa mengambil sebagian dari darah itu, lalu ditaruhnya ke dalam pasu, sebagian lagi dari darah itu disiramkannya pada mezbah itu. Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan. Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.” (Keluaran 24:6-8)
Hal ini jelas merupakan nubuat yang digenapi saat kematian Yesus.
Pada saat perjamuan malam terakhirNya dengan murid-muridNya, Tuhan Yesus mengatakan bahwa darahNya, yang saat itu dilambangkan oleh anggur, adalah darah Perjanjian yang baru.
“Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.“ (Matius 27:27-28).
Dengan mengatakan bahwa darahNya adalah darah Perjanjian, maka Yesus menahbiskan sebuah perjanjian yang baru, yang berbeda dengan perjanjian yang lama.
Jika Perjanjian Lama itu disahkan dengan darah domba, maka Perjanjian Baru ini disahkan dengan darah Yesus sendiri.
Dan jika dalam perjanjian yang lama pengampunan dosa tercapai dengan mempersembahkan korban-korban, maka dalam perjanjian yang baru ini pengampunan dosa terjadi melalui pengorbanan Yesus di kayu salib.
Karena Yesus berbicara tentang darahNya, maka pastilah Ia berbicara tentang kematianNya, yang terjadi hanya beberapa jam setelah perjamuan malam tersebut.
5. Nubuat Tentang Darah Yesus Yang Mendamaikan Manusia Dengan Allah
Nubuat Perjanjian Lama yang digenapi saat kematian Yesus, yang kelima adalah Nubuat Tentang Darah Yesus Yang Mendamaikan Manusia Dengan Allah.
Salah satu hari raya bangsa Israel di Alkitab adalah hari Pendamaian, yang diperingati setiap tahunnya. (Baca: 10 Hari Raya Israel Di Alkitab)
Pada Hari Raya Pendamaian ini Imam Besar akan masuk ke ruang Maha Kudus dari Kemah Suci/Bait Suci dengan memercikkan darah domba ke atas tutup pendamaian di Tabut Perjanjian yang ada di ruang Maha Kudus tersebut, sebagai lambang pengampunan dosa umat Israel. (Baca: 7 Bait Allah Di Alkitab)
“Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu. Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka.” (Imamat 16:15-16)
Jelas upacara ini merupakan nubuat tentang darah Yesus Kristus sebagai Anak Domba Allah yang mati di kayu salib demi pengampunan dosa manusia, seperti dicatat dalam Kitab Ibrani di bawah ini.
“Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Dan Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri. Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya.“ (Ibrani 9:24-26).
Dengan demikian upacara Pendamaian ini telah digenapi saat kematian Yesus.