Artikel ini membahas tentang perumpamaan-perumpamaan Yesus terpopuler di Alkitab dan artinya.
Ada 10 perumpamaan Yesus terpopuler yang perlu dipelajari.
Semasa hidup dan melayani di bumi, Yesus kerap kali memakai ilustrasi atau perumpamaan ketika mengajar orang banyak tentang Kerajaan Allah.
Sesungguhnya, Yesus tidak mengajarkan apa pun kepada orang bayak tanpa melalui perumpamaan (Matius 13:34-35).
Maksud perumpamaan-perumpamaan tersebut adalah agar orang banyak lebih mudah mengerti firman Tuhan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, khususnya tentang Kerajaan Allah yang diberitakanNya.
Baca juga: 10 Pokok Ajaran Yesus Menurut Alkitab
Perumpamaan-perumpamaan Yesus diambilNya dari kehidupan sehari-hari orang Israel pada masa itu.
Jadi sekalipun perumpamaan-perumpamaan tersebut bukan sebuah kisah nyata, namun hal tersebut boleh dianggap sebagai sebuah kenyataan, karena memang diambil dari kisah nyata yang lazim terjadi dalam kehidupan sehari-hari para pendengarNya.
Ada puluhan perumpamaan Yesus yang pernah disampaikanNya ketika Ia mengajar orang banyak.
Dari sekian banyak perumpamaan tersebut, beberapa di antaranya sangat populer bagi orang percaya di sepanjang sejarah hingga pada zaman sekarang.
Baca juga: 10 Perintah Allah Dan Maknanya
Hal tersebut tampak dari seringnya perumpamaan itu dikutip, diajarkan dan dikhotbahkan.
Perumpamaan-perumpamaan tersebut dianggap paling bermakna dan berkesan bagi banyak orang.
Tentu semua perumpamaan Yesus itu sangat bagus dan berguna bagi gereja sepanjang zaman.
Tetapi faktanya ada beberapa perumpamaanNya yang paling populer bagi orang percaya sehingga selalu dikenang.
Di sini dicatat 10 perumpamaan Yesus terpopuler di sepanjang masa.
Perumpamaan-perumpamaan apa sajakah itu?
Berikut daftarnya, yang – sebisa mungkin – diurutkan berdasarkan kronologi penyampaiannya dan berdasarkan urutan Kitab Injil, bukan berdasarkan popularitasnya.
1. Perumpamaan Tentang Penabur (Matius 13:1-9; 18-23)
Perumpamaan Yesus pertama yang terpopuler adalah perumpamaan tentang seorang penabur.
Seorang petani menaburkan benih di ladangnya. Sebagian dari benih itu jatuh di pinggir jalan sehingga burung memakannya sampai habis.
Sebagian lagi jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan karena tanahnya tipis ia segera tumbuh, tetapi ketika matahari terbit maka ia menjadi layu.
Sebagian lagi benih itu jatuh di tengah semak duri, dan ketika semak duri itu semakin besar maka ia menghimpitnya.
Tetapi sebagian benih itu jatuh di tempat yang subur, lalu tumbuh dan berbuah, ada yang 100 kali lipat, 60 kali lipat dan 30 kali lipat.
Tuhan Yesus menjelaskan bahwa benih yang jatuh di pinggir jalan itu adalah orang yang menerima firman Tuhan tentang Kerajaan Sorga atau Injil tetapi dia tidak mengertinya.
Maka datanglah iblis merampasnya dari orang itu.
Dan benih yang jatuh di tempat berbatu-batu menggambarkan orang yang menerima Injil dengan gembira, tetapi Injil itu tidak berakar di hatinya.
Ketika cobaan dan penganiayaan datang dalam hidupnya ia menjadi murtad.
Sementara benih yang tumbuh di semak duri menggambarkan orang yang menerima Injil tetapi kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan menghimpitnya sehingga tidak berbuah.
Sedangkan benih yang tumbuh di tanah yang subur dan menghasilkan buah 100 kali lipat, 60 kali lipat dan 30 kali lipat menggambarkan Injil yang ditanam dalam hati orang yang menerimanya dan dapat mengertinya.
Arti perumpamaan tentang penabur ini adalah bahwa Injil diberitakan kepada semua orang, tetapi sikap dan respon mereka berbeda-beda dan hasilnya pun berbeda.
Bagaimana Injil tumbuh dalam hidup kita tergantung pada sikap kita terhadapnya.
Apakah kita membiarkan iblis, pencobaan atau kekuatiran dan kekayaan dunia ini merenggutnya dari kita; ataukah kita bertekun di dalamnya sehingga menghasilkan buah dalam kehidupan kita?
Itulah arti perumpamaan tentang penabur.
2. Perumpamaan Tentang Lalang Di Antara Gandum (Matius 13:24-30; 36-43)
Perumpamaan Yesus lainnya yang terpopuler adalah perumpamaan tentang lalang di antara gandum.
Seseorang menanam gandum di ladangnya. Lalu orang jahat menanam lalang di antara gandum tersebut.
Ketika hamba orang yang menanam gandum itu melihat lalang yang tumbuh di antara gandum tuannya, ia melaporkannya kepada tuannya tersebut.
Hamba itu bertanya kepada tuannya apakah ia perlu mencabutnya.
Tetapi tuannya melarangnya, karena – menurut tuannya – jika lalang tersebut dicabut maka gandum juga akan ikut tercabut.
Jadi lalang tersebut akan dibiarkan hidup bersama-sama gandum hingga musim panen gandum tiba.
Pada saat itu gandum akan dicabut dan dikumpulkan ke lumbung. Saat itu juga lalang akan dicabut, dikumpulkan dan akan dibakar habis.
Perumpamaan tentang lalang di antara gandum ini menggambarkan keberadaan orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus dengan mereka yang “kelihatannya percaya” kepadaNya.
Pada masa kini kita tidak selalu bisa mengetahui siapa orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus dan siapa yang hanya sekedar ikut-ikutan percaya kepadaNya.
Jadi orang-orang yang sama-sama ada di gereja belum tentu semuanya gandum, bisa saja di antaranya ada lalang.
Tentu kita tidak bisa menilai hal itu sekarang, dan kita tidak berhak untuk itu.
Untuk menetapkan apakah seseorang “gandum” ataukah ia hanya “lalang” adalah urusan Tuhan sebagai hakim manusia.
Alkitab sendiri dengan jelas berkata bahwa dari dalam gereja pun akan muncul guru-guru palsu yang menyesatkan anggota jemaat (Kisah Para Rasul 20:29-30).
Tetapi kelak pada akhir zaman perbedaan itu akan menjadi terang.
Akan ada pemisahan yang jelas untuk selamanya antara gandum dan lalang, antara orang percaya dengan orang yang tidak percaya.
Orang percaya akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, orang yang tidak percaya akan masuk ke neraka.
Itulah arti perumpamaan tentang lalang di antara gandum.
3. Perumpamaan Tentang Orang-Orang Upahan Di Kebun Anggur (Matius 20:1-16)
Perumpamaan Yesus berikutnya yang terpopuler adalah perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur.
Seorang tuan memanggil beberapa orang untuk bekerja di kebun anggurnya.
Ia memanggil mereka di jam-jam yang berbeda.
Ada yang dipanggilnya sekitar pukul 6 pagi, pukul 9 pagi, pukul 12 siang, pukul 3 sore, dan pukul 5 sore (satu jam sebelum waktu kerja ditutup, pada pukul 6 sore).
Mereka yang dipanggil pada pukul 6 pagi berarti bekerja selama 12 jam, hingga jam 6 sore (jam istirahat tidak dihitung di sini).
Mereka sepakat dibayar tuan itu sebesar satu dinar.
Mereka yang dipanggil pukul 9 pagi berarti bekerja selama 9 jam.
Sedangkan mereka yang dipanggil pada pukul 12 siang bekerja selama 6 jam.
Sementara mereka yang dipanggil pada pukul 3 sore berarti bekerja hanya 3 jam.
Dan mereka yang dipanggil pada pukul 5 sore hanya bekerja selama 1 jam.
Tuan itu menjanjikan upah bagi mereka.
Kemudian para pekerja itu menerima upah pada pukul 6 sore di hari itu, dimulai dari yang bekerja pada pukul 5 sore hingga yang bekerja sejak pukul 6 pagi.
Tetapi ternyata mereka semua menerima upah yang sama, tidak ada yang lebih banyak atau lebih sedikit.
Tidak ada perbedaan upah bagi yang bekerja 12 jam penuh dengan mereka yang bekerja hanya 1 jam!
Hal ini dirasa kurang adil oleh para pekerja yang bekerja seharian, yang menerima upah yang sama dengan orang yang hanya bekerja beberapa jam, bahkan hanya satu jam.
Karena itu mereka mengajukan protes kepada tuannya.
Kemudian tuan itu menjelaskan kepada mereka bahwa mereka telah sepakat tentang jumlah upah bekerja mereka.
Dan jika ia memberi upah yang sama kepada mereka yang bekerja hanya sejam maka yang lain tidak boleh protes.
Karena hal itu merupakan kemurahan hati tuan tersebut dan tidak merugikan orang lain.
Mengakhiri perumpamaanNya, Tuhan Yesus mengatakan perkataan yang kemudian menjadi terkenal: orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.
Maksud perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur ini adalah bahwa ada perbedaan upah di antara orang percaya dalam Kerajaan Sorga nanti.
Dan hanya Tuhan yang dapat menilai hal itu secara tepat dan adil, bukan manusia.
Ada orang Kristen “yang terdahulu” (rajin beribadah dan melayani, melakukan mujizat, bahkan membawa jiwa bagi Tuhan) semasa hidup di dunia ternyata nanti akan menjadi orang “yang terakhir” dalam kerajaan Sorga.
Demikian juga sebaliknya, ada orang Kristen selama hidup di bumi tergolong orang “yang terakhir” (menurut penilaian manusia) ternyata nanti akan menjadi “orang yang terdahulu” dalam Kerajaan Sorga.
Benarlah yang dikatakan oleh seorang teolog, “Sorga akan penuh dengan kejutan.” Dan manusia tidak berhak memprotesnya.
Itulah arti perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur tersebut.
4. Perumpamaan Tentang Perjamuan Kawin (Matius 22:1-14)
Perumpamaan Yesus lainnya yang terpopuler adalah perumpamaan tentang perjamuan kawin.
Seorang raja mengadakan pesta pernikahan anaknya. Lalu ia menyuruh hamba-hambanya untuk mengundang orang-orang yang telah diundang ke pesta tersebut (jadi ada dua kali undangan sesuai tradisi pesta Yahudi).
Tetapi semua orang itu menolaknya dengan berbagai alasan. Bahkan mereka menganiaya dan membunuh sebagian orang yang mengundang mereka itu.
Ketika raja tersebut mendengar hal itu maka sangat marahlah dia. Ia menyuruh pasukannya untuk membunuh orang-orang yang menolak undangannya tersebut dan membakar kota mereka.
Lalu ia menyuruh hamba-hambanya itu untuk pergi ke persimpangan-persimpangan jalan dan mengundang orang-orang di situ, orang-orang yang (secara moral) baik maupun orang-orang yang jahat.
Ketika perjamuan dimulai, ternyata di antara orang yang diundang itu terdapat juga orang yang tidak memakai pakaian pesta (sebagai syarat mengikuti perjamuan itu).
Lalu marahlah raja itu kepadanya dan menghukumnya.
Tuhan Yesus menutup perumpamaanNya dengan ungkapan yang sangat terkenal: banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih.
Perumpamaan tentang perjamuan kawin ini punya makna bahwa Tuhan telah mengundang semua orang untuk menerima Injil.
Tuhan mengundang mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Tetapi sayang, banyak orang yang menolak undangan tersebut, sekalipun undangan itu gratis dan tidak perlu membayarnya.
Dan ada juga orang yang berpakaian tidak layak sekalipun telah menerima undangan tersebut.
Artinya, sekalipun seseorang telah menerima Injil, dia tetap tidak layak masuk ke dalam Kerajaan Sorga, karena tidak memakai “pakaian kebenaran”.
Ini menunjukkan pentingnya cara hidup yang benar yang sesuai dengan Injil, bukan hanya sekedar percaya saja.
Selain percaya Yesus, kita perlu hidup di dalamNya, iman itu harus disertai dengan perbuatan.
Perbuatan itu sendiri tidak menyelamatkan, tetapi harus ada bersama dengan iman.
Itulah arti perumpamaan tentang perjamuan kawin.
5. Perumpamaan Tentang
Gadis-Gadis Bijaksana Dan Gadis-Gadis Bodoh (Matius 25:1-13)
Perumpamaan Yesus selanjutnya yang terpopuler adalah perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh.
Para gadis ini adalah mereka yang menyertai mempelai wanita untuk menantikan mempelai pria di rumah orang tua mempelai wanita tersebut.
Dalam tradisi orang Yahudi, mempelai wanita dijemput mempelai pria di rumah orang tua sang mempelai wanita, sebelum dibawa ke rumah orang tua mempelai pria.
Dalam perumpamaan ini tidak disebutkan tentang mempelai wanita, tetapi jelas mempelai wanita tersebut pasti ada di situ, karena untuk menjemput itulah mempelai pria itu datang.
Dia tidak disebut karena yang menjadi fokus utamanya adalah para gadis yang menemani mempelai wanita dalam menantikan mempelai pria.
Biasanya mempelai wanita Yahudi akan mempersiapkan diri di kamarnya untuk menantikan mempelai prianya datang dan membawanya ke rumah orang tua si pria.
Dan mempelai wanita akan disertai oleh teman-teman wanitanya.
Demikian juga dalam perumpamaan Tuhan Yesus ini, si mempelai wanita ditemani oleh 10 gadis.
Ketika mempelai pria belum juga datang, maka para gadis itu pun mulai mengantuk dan akhirnya tertidur, semuanya tanpa terkecuali.
Lalu, setelah beberapa lama, kedengaranlah pengumuman yang memberitahukan bahwa mempelai pria sudah datang.
Tiba-tiba para gadis itu pun terbangun dan masing-masing membereskan pelita yang mereka bawa.
Karena mempelai datang pada malam hari jadi butuh penerangan.
Lima dari antara gadis itu mulai menyadari bahwa ternyata mereka tidak membawa minyak yang cukup untuk pelita mereka.
Mereka pun mulai panik, mereka meminta kepada lima gadis lain yang membawa persediaan minyak bagi pelita mereka.
Tetapi mereka berkata bahwa minyak yang mereka miliki hanya cukup bagi mereka. Jika dibagi dua menjadi tidak cukup, baik bagi gadis bijak maupun bagi gadis bodoh itu.
Mereka menyarankan kelima gadis yang tak membawa minyak pelita itu untuk membeli minyak.
Mereka pun pergi mencari minyak bagi pelita mereka.
Tetapi ketika mereka datang kembali, pintu sudah ditutup dan mereka tidak bisa lagi masuk.
Inilah akibat kelalaian mereka yang tidak ada kesiapan untuk berjaga-jaga.
Perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh ini mengajarkan agar kita selalu siap sedia dan berjaga-jaga dalam menantikan kedatangan Kristus kedua kali.
Sebab kedatanganNya itu sangat mendadak dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Orang yang tidak berjaga-jaga dengan cara hidup yang benar di mata Tuhan, akan ketinggalan dan tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Itulah arti perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh.
Terimakasih Tuhan Yesus Memberkati.
Terima kasih, GBU.