Tokoh Alkitab yang mengampuni adalah Tokoh Alkitab yang tidak membenci dan tidak berusaha untuk membalas dendam orang yang menyakiti mereka.

Alkitab mencatat sejumlah tokoh, baik di  Perjanjian Lama maupun di  Perjanjian Baru, yang suka mengampuni sesamanya.

Mereka tidak membenci atau membalas dendam orang-orang yang berbuat jahat kepada mereka, sekalipun mereka dapat melakukannya.

Mereka lebih memilih mengampuni atau memaafkan musuh-musuh mereka. Mereka adalah para pengampun atau pemaaf.

Baca juga: 7  Alasan Mengapa Orang Kristen Harus Mengampuni

Para tokoh Alkitab yang mengampuni ini menjadi sumber inspirasi bagi kita, orang percaya, dalam mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Memang Alkitab mengajar kita untuk mengampuni atau memaafkan kesalahan orang lain.

Tuhan Yesus menjadikan topik pengampunan atas kesalahan orang lain menjadi salah satu inti pengajaranNya.

Baca juga: 3  Dosa Yang Tidak Terampuni Menurut Alkitab

Pengampunan Allah atas dosa kita menjadi pendorong bagi kita untuk mengampuni/memaafkan kesalahan orang lain (Matius 6:12, 14-15; 18:21-35).

Demikian juga dengan rasul Paulus, yang mendorong orang percaya untuk  mengampuni sesamanya, sebagaimana Tuhan telah mengampuni dosa mereka (Kolose 3:13).

Baca juga: 10 Karakter Tokoh Alkitab Yang Patut Diteladani

Nah, artikel kali ini akan membahas tentang 10  tokoh Alkitab yang mengampuni orang lain.

Siapa sajakah 10 tokoh Alkitab yang mengampuni sesamanya tanpa ada kebencian dan niat untuk balas dendam? Berikut pembahasannya.

 

1. Ishak

Tokoh Alkitab yang mengampuni, yang pertama adalah Ishak.

Ishak adalah anak Abraham, nenek moyang bangsa Israel, umat pilihan Tuhan.

Suatu ketika Ishak (yang lebih sayang kepada Esau), ayah Esau dan Yakub, berkata kepada Esau, agar ia pergi berburu binatang ke padang, memasaknya baginya agar Esau diberkatinya.

Mendengar hal ini, Ribka, istri Ishak (yang lebih sayang kepada Yakub), memberitahukannya kepada Yakub dan menyuruhnya menyamar sebagai Esau sehingga ia yang diberkati ayahnya.

Hal ini dilakukan Yakub, ia mengambil kambing dari kandang kambing dombanya sendiri, memberinya dimasak ibunya dan menyediakannya bagi Ishak, ayahnya dan Ishak memakannya.

Ishak, yang sudah tua dan tidak dapat lagi melihat, sebenarnya agak ragu apakah orang yang menyediakan makanan tersebut adalah Esau.

Sebab ketika ia meraba Yakub, ia memang yakin bahwa dia adalah Esau, sebab Esau berbulu badannya. Padahal karena Yakub  memakai baju yang berbulu untuk menyerupai Esau.

Namun ketika Ishak mendekat ke Yakub, ia  mencium bau badan Yakub, bukan bau badan Esau, sehingga Ishak ragu apakah dia benar Esau.

Karena itu Ishak bertanya kepada Yakub apakah benar ia adalah Esau. Yakub menjawab bahwa benar ia adalah Esau. Jelas Yakub telah membohongi ayahnya.

Maka Ishak pun memberkati Yakub sebagai anak sulung karena mengira dia adalah Esau.

Baru saja Yakub keluar rumah, Esau pulang dari berburu binatang, lalu memasaknya dan hendak memberi ayahnya memakannya.

Namun Ishak berkata kepada Esau bahwa adiknya telah menipunya. Dan berkat yang akan diterimanya sudah diberikan Ishak kepada Yakub, adiknya. Dan Ishak tidak dapat lagi memberkati Esau (Kejadian 27:1-40).

Ishak sadar bahwa istri dan putranya telah menipunya di saat ia tak dapat lagi melihat. Namun Ishak tidak menjadi marah dan membenci mereka. Ia dapat mengampuni Ribka dan Yakub.

Buktinya, ketika Esau kemudian marah kepada Yakub dan berniat membunuhnya, Ishak bersedia menerima saran Ribka untuk menyuruh Yakub ke rumah saudara Ribka dengan dalih mencari istri, padahal untuk menghindari amarah Esau (Kejadian 27:46-28:5).

 

2. Esau

Tokoh Alkitab yang mengampuni, yang kedua adalah Esau.

Esau adalah anak Ishak.

Di atas telah disinggung bahwa Ishak memberkati Yakub setelah ia ditipu oleh istrinya, Ribka, dan anaknya, Yakub.

Hal ini membuat Esau sangat marah dan menangis, dan ia berikhtiar membunuh Yakub, sebab Yakub telah menipunya (Kejadian 27:41-45).

Mendengar Esau ingin membunuhnya, maka Yakub melarikan diri ke rumah pamannya atas saran ibunya (lihat poin 1 di atas).

Sekitar dua puluh tahun kemudian, setelah Yakub menikah dan mempunyai anak di pelariannya, Allah menyuruhnya kembali ke rumah ayahnya di Kanaan.

Namun Yakub takut bertemu kakaknya, Esau, yang mungkin masih dendam kepadanya dan akan membunuhnya.

Karena itulah Yakub berdoa kepada Tuhan, dan Ia mengabulkan doanya (Kejadian 32).

Sebab ternyata, Esau tidak dendam lagi kepada Yakub, malahan ia memeluk dan mencium Yakub dengan menangis (Kejadian 33).

Jelas Esau tidak lagi marah kepada Yakub, ia memilih untuk mengampuni saudara kembarnya yang telah merebut hak kesulungannya.

 

3. Yakub

Tokoh Alkitab yang mengampuni berikutnya adalah Yakub.

Yakub adalah anak Ishak, saudara kembar Esau.

Yakub mempunyai 12 anak laki-laki dari dua istri dan dua gundik.

Tetapi Yakub lebih mengasihi Yusuf daripada semua anak-anaknya yang lain, sebab Yusuf lahir di masa tua Yakub dari istri kesayangannya, Rahel.

Karena itu Yakub memanjakan Yusuf dan memberi Yusuf jubah yang maha indah.

Hal ini membuat saudara-saudara Yusuf menjadi iri hati kepadanya.

Apalagi setelah Yusuf menceritakan mimpinya yang punya makna bahwa ia berkuasa atas saudara-saudaranya, bahkan atas orang tuanya.

Suatu saat, Yusuf menjumpai saudara-saudaranya di padang. Maka mereka pun mulai berunding untuk membunuh Yusuf.

Tetapi Ruben, anak sulung Yakub, berbeda dengan saudara-saudara Yusuf yang lain, tidak menyetujui perbuatan saudara-saudaranya tersebut.

Ia menyarankan agar mereka membuang Yusuf ke dalam sebuah sumur. Maksud Ruben adalah agar ia bisa menyelamatkan Yusuf.

Saudara-saudaranya menyetujui usul Ruben, mereka membuang Yusuf ke dalam sebuah sumur.

Tetapi tanpa sepengetahuan Ruben, saudara-saudaranya yang lain mengangkat Yusuf dari sumur tersebut dan menjualnya kepada seorang pedagang yang hendak pergi ke Mesir.

Lalu saudara-saudara Yusuf berbohong kepada Yakub. Mereka mencelupkan jubah Yusuf dengan darah hewan dan berkata bahwa Yusuf telah tewas dimakan binatang buas.

Yakub percaya dengan pengakuan anak-anaknya. Ia yakin anak kesayangannya telah tewas. Dan Yakub sangat bersedih atas Yusuf, dia seperti tidak punya semangat lagi untuk hidup (Kejadian 37).

Namun, 13 tahun kemudian, Yakub mendengar dari anak-anaknya bahwa Yusuf masih hidup dan telah menjadi penguasa di Mesir.

Hal ini membuat semangat Yakub timbul kembali, walau ia sempat ragu.

Yakub serta anak-anak dan cucu-cucunya kemudian mengungsi ke Mesir. Sebab di Tanah Kanaan terjadi kelaparan yang hebat, sementara putranya, Yusuf, telah menjadi penguasa di Mesir.

Yakub tidak marah, benci atau dendam kepada anak-anaknya yang telah membohonginya dan membuatnya bersedih selama 13 tahun.

Hal ini membuktikan bahwa Yakub sudah mengampuni perbuatan anak-anaknya tersebut.

 

4. Yusuf

Seperti telah disebut, Yusuf adalah anak kesayangan Yakub yang dijual kepada seorang pedagang yang kemudian membawa Yusuf ke Mesir.

Di Mesir Yusuf kemudian dijual kepada seorang pegawai istana Firaun yang bernama Potifar.

Lalu Yusuf menjadi kepala rumah tangga Potifar dan orang kepercayaannya.

Namun Yusuf difitnah oleh istri Potifar dengan berkata bahwa Yusuf ingin memperkosanya, sehingga Yusuf dimasukkan ke penjara.

Tetapi oleh campur tangan Tuhan, Yusuf akhirnya keluar penjara dan menjadi pemimpin tertinggi di Mesir di bawah kuasa Firaun setelah ia berhasil menafsirkan mimpi Firaun.

Oleh Yusuf bangsa Mesir berhasil menimbun banyak gandum untuk menghadapi masa paceklik yang menimpa banyak bangsa, seperti nyata dari mimpi Firaun yang ditafsirkan oleh Yusuf.

Sehingga ketika masa paceklik itu tiba Mesir tidak kekurangan bahan makanan, bahkan bisa menjualnya ke bangsa-bangsa lain.

Pada masa itulah saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir membeli gandum, sebab di Tanah Kanaan terjadi juga paceklik.

Mereka tidak mengenali Yusuf, tetapi Yusuf mengenal mereka.

Namun Yusuf tidak benci kepada saudara-saudaranya yang telah menjualnya 13 tahun sebelumnya. Yusuf tidak membalas perbuatan mereka, sekalipun ia punya kesempatan untuk itu.

Sebaliknya Yusuf mengampuni saudara-saudaranya.

Bagi Yusuf, apa yang saudara-saudaranya perbuat kepadanya dipakai Allah untuk kebaikan banyak orang, yakni memelihara keluarga besar Yakub dari kelaparan (Kejadian 45:4-8).

 

5. Daud

Selama Saul masih hidup, Daud tidak bisa langsung merasakan empuknya kursi kerajaan, sekalipun ia telah diurapi menjadi raja Israel.

Sebab Saul belum mau turun tahta, sekalipun ia telah ditolak oleh Tuhan sebagai raja umatNya, Israel.

Di samping itu, Saul juga selalu berusaha untuk membunuh Daud. Sebab Saul iri hati kepada Daud yang lebih mendapat simpati dari rakyat.

Sepanjang sisa hidupnya, praktis Saul hanya hidup untuk mengejar dan membunuh Daud.

Namun Daud tidak pernah mau membalas Saul sekalipun dia punya dua kali kesempatan untuk membunuh Saul.

Sekali ketika Saul membuang hajat di dalam gua, di mana Daud sedang bersembunyi di situ.

Sekali lagi ketika Saul tertidur lelap dalam pengejarannya terhadap Daud, dan Daud bersama anak buahnya melihat Saul.

Daud tetap menghargai/menghormati Saul sebagai orang yang diurapi Tuhan, sekalipun Saul sudah Tuhan tolak (1 Samuel 24:7, 11; 26:9-11).

Daud mengampuni perbuatan jahat Saul yang selalu berusaha membunuhnya.

Demikian juga ketika Daud dikutuki oleh Simei, bahkan melemparinya dengan batu, dan mengatainya secara kasar, Daud tidak menghiraukannya.

Daud malah melihat “suara Tuhan” dalam kata-kata kutuk Simei tersebut (2 Samuel 16:5-13).

Daud memilih mengampuni perbuatan Simei ketimbang membalasnya.

Sikap Daud yang lebih suka mengampuni musuh/orang yang berbuat jahat kepadanya ketimbang membalasnya lebih jelas lagi dalam mazmurnya.

Ketika orang-orang yang berbuat jahat kepada Daud sakit, Daud justru berdoa dan berpuasa bagi mereka. (Mazmur 35:11-16).

This Post Has 2 Comments

  1. Densi

    Menarik dan dapat mengerti tentang mengampuni.

Tinggalkan Balasan