Nazir Allah di Alkitab adalah orang yang dikhususkan untuk Tuhan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Kata “Nazir” di Alkitab berasal dari kata “Nazar”. Nazar adalah sebuah janji khusuk di hadapan Tuhan.
Sehingga orang yang bernazar atau nazir adalah orang yang berjanji di hadapan Tuhan bahwa ia akan melakukan suatu hal tertentu jika doanya dikabulkan.
Dalam Hukum Taurat diberikan peraturan tentang hal nazar dan nazir ini (Bilangan 6).
Baca juga: 10 Nabi Terbesar Di Perjanjian Lama
Orang yang bernazar atau nazir Allah berpantang dalam tiga hal: memotong rambut, meminum anggur, dan menyentuh mayat.
Umumnya nazar dilakukan dalm jangka waktu tertentu, setelah masa nazar selesai, maka si nazir harus memotong rambutnya dan mempersembahkan persembahan seperti yang telah ditetapkan dalam Hukum Taurat.
Tetapi ada juga nazir seumur hidup, sejak lahirnya hingga matinya, ia mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan.
Baca juga: 10 Imam Besar Terkenal Di Perjanjian Lama
Setidaknya ada tiga nazir Allah di Alkitab, nazir seumur hidup, sejak lahirnya hingga matinya.
Dua di antaranya merupakan nazir pilihan Tuhan sejak kandungan, satu lagi menjadi nazir Allah karena pilihan orang tuanya.
Lalu siapa sajakah ketiga nazir Allah tersebut?
Berikut pembahasannya.
1. Simson
Nazir Allah di Alkitab yang pertama adalah Simson.
“Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram. Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin.” (Hakim-hakim 13:4-5).
Kelahiran Simson terjadi pada masa-masa ketika bangsa Israel berada di bawah kuasa orang Filistin selama 40 tahun, akibat dosa-dosa mereka. Pada saat itu Tuhan menyatakan diriNya kepada sepasang suami-istri dari suku Dan.
Pasangan ini, Manoah dan istrinya, adalah orang-orang yang saleh, namun belum mempunyai keturunan. Sebab istri Manoah adalah seorang perempuan yang mandul.
Maka Tuhan sendiri mengunjungi istri Manoah dalam wujud malaikat. Tuhan berkata bahwa istri Manoah akan mengandung dan melahirkan seorang anak, dan melalui anak tersebut Tuhan akan melakukan penyelamatan atas umat Israel dari bangsa Filistin; anak yang dilahirkannya itu akan memerintah sebagai hakim Israel.
Tuhan juga berkata bahwa anak tersebut akan menjadi nazir Allah dari sejak kandungan ibunya sampai pada kematiannya, yakni orang yang harus mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Itulah sebabnya kepala anak tersebut tidak boleh kena pisau cukur, sebagaimana diatur dalam hukum kenaziran (Bil angan6:5).
Dan karena anak yang dikandungnya itu adalah seorang nazir Allah, maka istri Manoah juga diperintahkanNya untuk menjauhkan diri dari makanan haram dan minuman yang memabukkan, ia harus menjaga dirinya tetap kudus. (Hakim-Hakim 13:1-25).
Simson diberi Tuhan kekuatan fisik yang luar biasa, yang membedakannya dengan para hakim Israel sebelumnya.
Namun sayang, dalam perjalanan hidupnya, Simson lebih banyak memakai kekuatan fisiknya untuk kepentingan pribadinya sendiri daripada untuk membela kepentingan Tuhan. Ia memakai kekuatan fisiknya terutama untuk membalas dendam pribadi terhadap orang Filistin, bukan untuk menggenapi panggilan Tuhan dalam membebaskan orang Israel dari kuasa orang Filistin.
Sekalipun Simson adalah seorang nazir Tuhan, yang telah dipilihNya sebelum kelahirannya, namun ia tidak taat pada Taurat Tuhan. Simson tidak menaati firman Tuhan dalam 3 hal.
Pertama, dalam hal pernikahan. Sebagai umat pilihan Tuhan, orang Israel dilarang untuk menikahi orang lain di luar bangsa Israel sendiri, agar mereka tidak terpengaruh oleh gaya hidup bangsa-bangsa kafir tersebut (Ulangan 7:3-4). Akan tetapi, kendati Simson seorang hakim Israel dan seorang pemimpin umat perjanjian, larangan ini tidak diindahkannya.
Ketika Simson melihat seorang perempuan Filistin di Timna, ia ingin menikahinya. Walaupun telah diingatkan oleh orang tuanya agar memilih pasangan dari bangsa Israel sendiri yang menyembah Tuhan, namun Simson tetap berkeras hati untuk menikahi perempuan Filistin tersebut. Karena itu orang tuanya pun menurutinya (Hakim-Hakim 14:1-4).
Kedua, dalam hal makanan haram. Simson mengeruk madu dari bangkai singa yang mati dibunuhnya. Simson makan madu itu dan memberikannya kepada orang tuanya, tetapi tidak memberitahukan mereka dari mana asal madu tersebut (Hakim-Hakim 14:8-9).
Padahal, Tuhan melarang orang Israel menyentuh bangkai binatang atau memakan makanan yang tersentuh oleh bangkai (Imamat 11:27-40).
Ketiga, dalam hal meminum anggur. Simson tidak menaati hukum kenazirannya ketika ia meminum anggur di pesta pernikahannya dengan perempuan Filistin. Dalam bahasa Ibrani, istilah “perjamuan” yang dipakai dalam Hakim-hakim 14:10 adalah Misyteh, yang artinya pesta dengan minuman anggur.
Sebagai seorang nazir Tuhan, Simson seharusnya tidak boleh meminum anggur, sebagaimana diperintahkan Tuhan di dalam Bilangan 6:1-4.
Simson mempunyai moral yang sangat rendah, terlebih untuk ukuran seorang nazir Tuhan. Selain menginginkan perempuan kafir yang jelas-jelas dilarang oleh Tuhan dan ditentang oleh orang tuanya. Simson juga tertarik kepada seorang perempuan sundal atau pelacur. Hal ini terjadi ketika Simson sedang berjalan-jalan di Gaza, wilayah orang Filistin.
Simson tergoda dengan seorang pelacur di tempat tersebut dan melakukan hubungan seksual dengannya (Hakim-Hakim 16:1-3), yang jelas bertentangan dengan hukum kedelapan dari 10 Hukum orang Israel, “Jangan Berzinah”.
2. Samuel
Nazir Allah di Alkitab yang kedua adalah Samuel.
“Kemudian bernazarlah ia, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.” Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN.” (1 Samuel 1:11,27-28).
Samuel lahir sebagai hasil dari doa ibunya, Hana.
Hana adalah seorang wanita yang mandul, tidak mempunyai anak.
Penina, madunya, istri lain dari suaminya (poligami adalah sesuatu yang umum dalam Perjanjian Lama), selalu menyakiti hatinya dari tahun ke tahun karena kemandulannya tersebut.
Akibatnya ia menangis dan tidak mau makan.
Suatu kali Hana berdoa kepada Tuhan di rumah Allah di Silo, agar dia diberi anak.
Pergumulannya begitu berat, ia berdoa kepada Tuhan dengan hati pedih dan dengan menangis tersedu-sedu.
Ia juga bernazar bahwa apabila Tuhan memberikan anak kepadanya, maka ia akan memberikan anak tersebut kepada Tuhan seumur hidupnya untuk melayaniNya.
Tuhan mengabulkan doa Hana. (Baca: 10 Tokoh Alkitab Yang Doanya Dikabulkan)
Ia kemudian mengandung dan melahirkan seorang anak, yang diberi nama: Samuel (1 Samuel 1:1-20).
Setelah Samuel disapih (pisah susu), sekitar 3 tahun, maka ia pun diserahkan oleh ibunya, Hana, ke Rumah Tuhan.
Hal ini sesuai dengan nazar Hana kepada Tuhan saat ia berdoa meminta seorang anak kepadaNya.
Saat itu Rumah Tuhan (yang menjadi cikal bakal Bait Allah) berada di Silo, dan imamnya adalah Eli dan kedua anaknya, Hofni dan Pinehas.
Di Rumah Allah Samuel dididik menjadi seorang pelayan Tuhan di bawah pengawasan imam Eli.
Samuel dididik seperti layaknya seorang imam, sekalipun ia berasal dari suku Efraim (Yusuf), bukan dari suku Lewi atau keturunan Harun, sebagaimana dengan imam-imam Israel.
Hal ini tampak dari fakta bahwa Samuel diberi baju efod dan tidur dekat Tabut Allah.
Sebab hanya para imam yang berbaju efod dan boleh tinggal dekat Tabut Allah (1 Samuel 1:21-28; 2:11,18).
Samuel pertama kali menerima firman Tuhan pada saat ia sedang tidur di Rumah Tuhan pada malam hari.
Saat itu Samuel juga masih tergolong muda. Menurut Yosefus, sejarawan terkemuka Yahudi, Samuel saat itu masih berusia 11 tahun.