Imam besar dalam Perjanjian Baru tidak terlalu sering disebut, dan tidak banyak imam dalam Perjanjian Baru yang disebut namanya, baik imam besar maupun imam biasa.
Imam besar dan imam pada umumnya adalah orang yang melayani sebagai perantara manusia/umat dengan Tuhan.
Jika nabi adalah wakil Tuhan untuk manusia, maka imam adalah wakil manusia untuk Tuhan (Baca: 5 Perbedaan nabi dengan imam di Alkitab)
Imam ada dua macam, imam besar dan imam biasa. Imam besar hanya ada satu, sedangkan imam ada banyak.
Ruang kudus di Bait Allah diperuntukkan bagi imam-imam untuk melakukan upacara ibadah setiap harinya.
Sementara ruang maha kudus hanya boleh dimasuki oleh imam besar untuk mengadakan upacara pendamaian dosa dengan memerciki darah hewan ke atas tabut perjanjian, yang dilakukan setiap tahun, yakni pada Hari Raya Pendamaian atau Yom Kippur.
Imam pertama Israel adalah Harun, saudara Musa, dan keturunan Harun menjadi imam-imam di Bait Allah. Sedangkan Harun sendiri, dan salah satu keturunannya menjadi imam besar.
Jadi para imam selalu berasal dari keturunan Harun, demikian juga imam besar. Namun menjelang zaman Perjanjian Baru, jabatan imam besar menjadi jabatan politis, yang diangkat dan diberhentikan oleh para penguasa politik pada masa itu.
Dalam membantu pekerjaannya di Bait Allah, para imam dibantu oleh orang-orang Lewi.
Orang-orang Lewi adalah para pria dewasa yang berasal dari suku Lewi (sukunya Musa dan Harun).
Mereka ini hidupnya hanya mengurusi peralatan Bait Suci dan membantu para imam dalam tugas-tugas mereka.
Jadi orang Lewi juga adalah orang-orang yang hidupnya hanya fokus dalam melayani Tuhan, seperti halnya para imam.
Jika orang Lewi berasal dari semua keturunan suku Lewi, maka para imam hanya berasal dari keturunan Harun.
Nah, berikut 4 Imam besar yang disebut dalam Perjanjian Baru.
1. Hanas
Imam besar dalam Perjanjian Baru yang pertama adalah Hanas.
Hanas adalah Imam besar yang melayani pada masa Yesus hidup di dunia.
Peran Hanas sangat dominan pada saat pengadilan dan penyaliban Tuhan Yesus.
Dia adalah salah satu orang terpenting di balik pengadilan dan penyaliban Yesus (Yohanes 18:12-24).
Sebenarnya saat itu Hanas sudah tidak menjabat lagi sebagai imam besar, ia sudah “pensiun”.
Yang sedang menjabat imam besar saat itu adalah menantunya sendiri, Kayafas (lihat di bawah).
Namun rupanya Hanas masih tetap punya pengaruh yang besar di antara orang Yahudi. Terbukti dia lebih dominan dalam persidangan Yesus.
Imam besar adalah suatu jabatan keagamaan tertinggi bagi orang Yahudi. Dan jabatan imam besar sejatinya adalah jabatan seumur hidup.
Hanya saja, sejak bangsa Yahudi di bawah kekuasaan asing, jabatan imam besar menjadi jabatan politis, yang diangkat dan diberhentikan oleh para penguasa asing tersebut.
Pada zaman Perjanjian Baru kekuasaan asing tersebut adalah Kekaisaran Romawi.
Karena Hanas adalah orang terpenting di balik pengadilan yang tidak benar terhadap Yesus, maka Hanas adalah salah satu orang yang paling bertanggung jawab dalam mengadili Yesus.(Baca: 5 Orang Paling Berperan Dalam Pengadilan Yesus).
2. Kayafas
Imam besar dalam Perjanjian Baru yang kedua adalah Kayafas.
Seperti telah disebut di atas (lihat poin 1 di atas) secara de jure, secara hukum, imam besar yang menjabat pada saat Tuhan Yesus melayani adalah Kayafas.
Namun demikian, secara de facto, dalam kenyataannya, saat itu yang bertindak sebagai imam besar adalah Hanas, mertua Kayafas.
Meski sudah tidak menjabat lagi sebagai imam besar, sudah “pensiun”, ternyata pengaruh Hanas sangat besar di antara orang Yahudi.
Tidak diketahui dengan pasti mengapa Hanas, mantan imam besar (bukan Kayafas, yang notabene imam besar yang sedang menjabat), yang justru lebih dominan dalam pengadilan Yesus.
Boleh jadi hal ini dikarenakan profil Hanas sendiri yang sangat kuat.
Tetapi sangat mungkin karena profil Kayafas juga yang sangat lemah.
Hal ini tampak dari pengadilan Tuhan Yesus.
Meskipun pengadilan Yesus adalah pengadilan yang sesat, namun Kayafas bergeming.
Kita tidak mendengar ada protes dari Kayafas. Hal ini berarti bahwa Kayafas juga setuju dengan pengadilan Yesus yang direkayasa tersebut.
Sebagai imam besar yang sedang menjabat, Kayafas seharusnya tidak membiarkan sidang Mahkamah Agama Yahudi menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus, sebab tidak ada didapati kesalahanNya.
Atau, setidaknya Kayafas seharusnya dapat bersuara memprotes hasil sidang Yesus.
Tetapi Kayafas tidak melakukan hal tersebut, malahan ia “menguatkan” hasil sidang pimpinan Hanas yang menghukum mati Yesus.
Hanas “mengembalikan” Yesus kepada Kayafas, dan dari istana Kayafas-lah Yesus dibawa kepada Pilatus (Yohanes 18:24, 28).
Artinya, Kayafas menerima begitu saja keputusan sidang Yesus yang dipimpin oleh Hanas.
Sehingga boleh dikatakan bahwa Kayafas juga adalah salah satu orang yang paling bertanggungjawab atas pengadilan dan kematian Yesus.