Artikel ini membahas 5 perceraian yang diperbolehkan menurut Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Ada 5 perceraian yang diperbolehkan  menurut Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Tetapi tidak semua dari 5 perceraian ini yang diperbolehkan bagi orang Kristen masa kini.

Dewasa ini perceraian dalam pernikahan sudah banyak terjadi.

Baca juga: 10 Tokoh Alkitab Yang Bercerai

Bukan hanya di antara orang yang tidak percaya/non-Kristen, tetapi juga di antara orang Kristen itu sendiri.

Alkitab juga mencatat banyak kasus perceraian atau orang-orang yang bercerai.

Umumnya orang Kristen memandang perceraian tidak dibolehkan oleh Alkitab, sekalipun dalam prakteknya banyak orang Kristen yang bercerai.

Namun dalam sejumlah denominasi gereja Kristen, perceraian diizinkan dengan alasan tertentu/khusus.

Baca juga: 10 Fakta Tentang Perceraian Menurut Alkitab

Terlepas dari hal tersebut, masalah perceraian masih menimbulkan banyak pertanyaan bagi banyak orang, baik orang Kristen maupun non-Kristen.

Apakah Alkitab mengizinkan perceraian dengan alasan tertentu?

Bolehkah orang Kristen bercerai dengan satu alasan tertentu?

Apakah Tuhan mengizinkan umatNya pada zaman Alkitab bercerai?

Baca juga: 2 Perceraian Yang Diperbolehkan Menurut Pandangan Kristen

Dan bagaimanakah pandangan Alkitab Perjanjian Baru tentang perceraian?

Bagaimana pandangan Tuhan Yesus tentang perceraian?

Dan bagaimanakah seharusnya pandangan Kristen tentang perceraian?

Semuanya ini akan dibahas dalam artikel ini.

Artikel ini akan membahas 5 perceraian yang diperbolehkan menurut Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Berikut pembahasannya.

 

1. Perceraian Karena Pernikahannya Tidak Tuhan Kehendaki

Perceraian yang diperbolehkan menurut Alkitab yang pertama adalah perceraian  karena pernikahannya tidak Tuhan kehendaki.

Ini adalah perceraian Abraham dengan Hagar.

Abraham bercerai dari Hagar ketika ia mengusir Hagar dan Ismael, anaknya dari rumahnya.

Hagar diusirnya atas perintah Sara, istrinya, dan diteguhkan kembali oleh Tuhan.

“Berkatalah Sara kepada Abraham: Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak…. Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.” (Kejadian 21:10,12)

Jadi Tuhan sendiri yang memerintahkan perceraian Abraham dan Hagar!

Sebab Ismael bukan pewaris janji Tuhan, tetapi Ishak.

Abraham menikahi Hagar, bekas pembantunya, karena tidak kunjung mempunyai anak dari Sara, istrinya yang telah tua dan mati haid.

Tetapi jelas pernikahan ini adalah di luar kehendak Tuhan.

Meski demikian, perceraian ini adalah sebuah kasus khusus, yang hanya berlaku bagi Abraham, tidak boleh diterapkan pada pernikahan Kristen.

 

2. Perceraian Karena Istri  Melakukan Hal Tidak Senonoh  

Perceraian yang diperbolehkan menurut Alkitab yang kedua adalah perceraian karena seorang istri melakukan hal yang tidak senonoh.

Inilah salah satu ayat di Perjanjian Lama yang begitu jelas membahas perceraian.

“Apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh dia pergi dari rumahnya.”(Ulangan 24:1)

Tetapi hal “yang tidak senonoh” dalam ayat di atas mendapat penafsiran yang beragam, baik dari orang Yahudi maupun dari orang Kristen.

Tetapi umumnya dipahami sebagai ketidak-sucian seksual perempuan selama masa pertunangan, sebelum menikah.

Jadi bukan perzinahan setelah menikah (lihat poin 4 di bawah), sebab jika demikian, hukumannya bukan perceraian, tapi hukuman mati (Ulangan 22:22).

 

3. Perceraian Karena Menikah Dengan Orang Yang Tidak Percaya Tuhan       

Perceraian yang diperbolehkan menurut Alkitab yang ketiga adalah perceraian karena menikah dengan orang yang tidak percaya Tuhan.

Hal ini terjadi pada orang-orang Israel zaman Ezra.

Karena menikah dengan orang-orang non-Yahudi yang tidak percaya Tuhan, orang-orang Yahudi ini terpaksa menceraikan istri-istri mereka dan mengusir mereka serta anak-anak mereka.

Jumlah mereka mencapai 100 orang, dan nama-nama mereka dicatat (Ezra 10).

Tetapi dalam Perjanjian Baru perceraian seperti ini tidak dibolehkan (lihat poin 5 di bawah).

 

Tinggalkan Balasan