Teladan Yusuf ayah Yesus adalah hal-hal penting yang patut diteladani dari kisah hidup Yusuf ayah Yesus atau yang perlu kita tiru dalam hidup kita sebagai orang percaya.

Setidaknya ada 5 teladan Yusuf ayah Yesus yang patut kita pelajari, renungkan, dan terapkan dalam kehidupan kita dalam mengiring Tuhan Yesus.

Baca juga: 4 Teladan Maria Ibu Yesus

Kelima teladan Yusuf ayah Yesus atau pelajaran dari Yusuf ayah Yesus ini merupakan sifat atau karakter Yusuf ayah Yesus yang patut kita praktekkan dalam kehidupan kekristenan kita.

Bagi banyak orang Kristen nama Yusuf, ayah Yesus, adalah nama yang populer.

Sebab Yusuf ayah Yesus adalah tokoh penting di Alkitab Perjanjian Baru dan kisah hidupnya adalah salah satu kisah tokoh Alkitab yang menginspirasi.

Baca juga: 4 Teladan Orang Majus

Kisah Yusuf ayah Yesus memang sangat menarik untuk disimak.

Bukan saja karena ia salah satu tokoh penting di Alkitab, tetapi juga karena ia merupakan ayah Yesus, secara manusia.

Apalagi pada masa-masa Natal, kisah Yusuf ayah Yesus pasti banyak dibahas.

Sebab Yusuf ayah Yesus merupakan tokoh penting pada saat kelahiran Yesus.

Baca juga: 7 Fakta Tentang Yusuf Ayah Yesus

Lalu, siapakah Yusuf sebenarnya sebelum menjadi ayah Yesus secara manusia?

Bagaimanakah latar belakang Yusuf ayah Yesus?

Apa sajakah sifat dan karakter Yusuf ayah Yesus yang patut diteladani?

Semua hal tersebut akan dibahas dalam artikel ini.

Berikut pembahasannya.

 

1. Yusuf Ayah Yesus Adalah Orang Yang Tulus Hati

Teladan Yusuf ayah Yesus yang pertama adalah: ia merupakan orang yang tulus hati.

Dalam kisah-kisah natal di Alkitab, kita dapat melihat karakter Yusuf ayah Yesus, karena ia cukup sering disebut, sekalipun ia tidak pernah berbicara.

Salah satu karakter Yusuf ayah Yesus yang dicatat di Alkitab dan perlu diteladani adalah sifatnya yang tulus hati.

Yusuf adalah orang yang lurus, yang tidak neko-neko. Hal ini selaras dengan kehidupan Yusuf yang sederhana sebagai seorang tukang kayu.

Ketika Yusuf tahu bahwa tunangannya, Maria, sedang hamil, maka dengan diam-diam ia ingin membatalkan pertunangannya dengan Maria.

Pada masa itu pertunangan sudah dianggap seperti suami istri, tetapi belum hidup sebagai suami-istri.

Rencana Yusuf membatalkan pertunangannya adalah karena ia tidak ingin mencemarkan nama Maria jika sudah mengandung padahal masih bertunangan.

Yusuf tidak ingin Maria dituduh sebagai perempuan yang tidak baik, yang hamil di luar nikah darinya (Matius 1:18-19).

 

2. Yusuf Ayah Yesus Adalah Orang Yang Taat Kepada Tuhan

Teladan Yusuf ayah Yesus yang kedua adalah: ia merupakan orang yang taat kepada Tuhan.

Alkitab berkali-kali menyebutkan ketaatan Yusuf kepada Tuhan dan malaikatNya.

Ketika malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Yusuf serta berkata agar ia jangan ragu menerima Maria sebagai istrinya, Yusuf menaatinya.

Ia mengambil Maria yang sedang mengandung dari Roh Kudus menjadi istrinya (Matius 1:20-24).

Dan ketika malaikat Tuhan memerintahkan Yusuf untuk membawa Maria dan bayi Yesus mengungsi ke Mesir karena raja Herodes ingin membunuh bayi Yesus, Yusuf juga menaatinya.

Ia membawa Maria dan bayi Yesus mengungsi ke Mesir dan tinggal selama beberapa waktu di Mesir (Matius 2:13-15) .

Demikian juga ketika malaikat Tuhan memerintahkan Yusuf untuk membawa Maria dan bayi Yesus kembali dari Mesir ke Israel setelah raja Herodes mati, Yusuf juga menaatinya.

Ia membawa Maria dan bayi Yesus kembali dari Mesir ke Israel dan tinggal di Nazaret, Galilea (Matius 2:19-23).

Yusuf ayah Yesus selalu taat kepada Tuhan tanpa ada bantahan sama sekali.

 

3. Yusuf Ayah Yesus Adalah Orang Yang Siap Menerima Beban

Teladan Yusuf ayah Yesus yang ketiga adalah: ia merupakan orang yang siap menerima dan memikul beban.

Ketika Yusuf mengambil Maria, tunangannya yang sedang mengandung dari Roh Kudus menjadi istrinya, maka itu berarti bahwa ia harus rela menerima/menanggung beban.

Sebab Yusuf harus hidup dengan istri yang telah mengandung bayi yang bukan anaknya!

Dengan demikian maka Yusuf ayah Yesus sudah siap mengambil resiko dipergunjingkan orang karena istrinya telah mengandung sebelum mereka resmi menjadi suami-istri.

Ia juga harus memikul beban psikis, karena harus menerima bayi Yesus seperti anak kandungnya sendiri.

Tetapi Yusuf dengan rela menerima ini semua sebagai beban dari Tuhan yang harus dipikulnya.

 

Tinggalkan Balasan