Artikel ini membahas tentang 7 fakta tentang Stefanus di Alkitab.
Stefanus di Alkitab adalah salah satu tokoh penting di Perjanjian Baru dan di gereja mula-mula di Yerusalem.
Karena itu ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari kisah Stefanus di Alkitab ini.
Baca juga: 7 Fakta Tentang Diaken Filipus Di Alkitab
Siapakah sebenarnya Stefanus di Alkitab? Bagaimana pelayanannya di gereja mula-mula di Yerusalem?
Bagaimana akhir hidupnya dan dampaknya bagi gereja Tuhan?
Baca juga: 7 Fakta Tentang Timotius Di Alkitab
Semuanya ini akan dibahas dalam artikel ini. Di sini dicatat 7 fakta penting seputar Stefanus di Alkitab.
Fakta-fakta apa sajakah itu?
Berikut pembahasannya.
1. Stefanus Adalah Satu Dari Tujuh Diaken Pertama Gereja
Stefanus di Alkitab adalah salah satu diaken gereja yang pertama.
Diaken adalah lembaga kepemimpinan baru di gereja Yerusalem untuk membantu para rasul di bidang sosial/jasmani. (Baca: 7 Diaken Gereja Yang Pertama)
Pengangkatan pemimpin baru di gereja mula-mula (gereja di Yerusalem) berawal dari timbulnya sungut-sungut jemaat (berbahasa) Yunani terhadap jemaat (berbahasa) Ibrani.
Penyebabnya adalah karena pelayanan sosial diabaikan terhadap janda-janda jemaat Yunani.
Hal ini disebabkan makin banyaknya jumlah jemaat saat itu.
Menurut Kisah Para Rasul 4:4, jumlah laki-laki saja sudah 5000 orang, belum termasuk perempuan dan anak-anak.
Tidak heran, jika banyak jemaat yang tidak terlayani dengan baik.
Karena itu para rasul mengusulkan penambahan pemimpin baru sebanyak 7 orang, untuk membantu mereka dalam bidang sosial jemaat dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan.
Setelah terpilih 7 orang dari antara jemaat, maka para rasul pun “menahbiskan” mereka dengan berdoa serta menumpangkan tangan atas mereka.
Inilah untuk pertama kalinya muncul struktur kepemimpinan gereja di samping para rasul. Menurut tradisi mereka itu dinamai “diaken” (Yunani, diakonos, “pelayan”), walaupun kata tersebut tidak disebutkan di sini (Kisah Para Rasul 6:1-7).
Salah satu dari antara mereka yang terpilih itu adalah Stefanus (Yunani, Stefanos, “mahkota”), yang kelak menjadi tokoh terkemuka di gereja mula-mula.
Namanyalah yang pertama sekali disebutkan di antara 7 diaken tersebut, yang mungkin menyiratkan bahwa Stefanus adalah pemimpin mereka.
Stefanus pastilah seorang Kristen yang memiliki kualitas rohani yang baik. Jika tidak, tentu dia tidak akan memenuhi syarat untuk dipilih sebagai salah satu diaken gereja mula-mula.
2. Stefanus Adalah Seorang Apologet Yang Handal
Stefanus di Alkitab adalah seorang yang penuh iman dan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 6:5), bukan hanya terkenal baik dan penuh hikmat, seperti yang disyaratkan dalam pengangkatan pemimpin baru di gereja mula-mula.
Selain itu, Stefanus juga punya karunia dan kuasa, sehingga ia mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak (Kisah Para Rasul 6:8).
Dengan penuh iman, hikmat dan Roh Kudus, maka Tuhan memakai Stefanus sebagai pengkhotbah dan apologet (pembela agama) Kristen yang terkemuka.
Stefanus rupanya tidak terbatas hanya sebagai pelayan sosial, tetapi juga ambil bagian dalam pelayanan kerohanian, seperti yang dilakukan oleh para rasul.
Dan justru sebagai apologet Kristenlah Stefanus dikenang, bukan sebagai seorang diaken.
Tampilnya Stefanus sebagai apologet handal mulai terlihat saat dia terlibat perdebatan dengan jemaat Sinagoge Yahudi, yang anggotanya berasal dari daerah Kirene dan Alexandria, bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan Asia.
Namun orang-orang ini tidak sanggup melawan hikmat Stefanus dan Roh Kudus yang mendorong dia berbicara.
Akhirnya mereka pun menghasut beberapa orang untuk menuduh Stefanus mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Tuhan.
Mereka mengadakan gerakan di antara orang banyak yang melibatkan tua-tua Yahudi dan ahli-ahli Taurat. Hal ini mengakibatkan Stefanus diseret ke Mahkamah Agama Yahudi.
Di Mahkamah Agama ini Stefanus harus menghadapi tuduhan saksi-saksi palsu.
Mereka menuduhkan kepada Stefanus bahwa Tuhan Yesus yang diberitakannya akan merubuhkan Bait Suci mereka dan mengubah hukum Taurat dan adat-istiadat yang diwariskan Musa kepada bangsa Yahudi.
Namun tanpa takut Stefanus melakukan pembelaannya serta berkhotbah dengan penuh kuasa di hadapan Mahkamah Agama Yahudi (Kisah Para Rasul 6:8-15).
3. Stefanus Mengecam Keras Orang Yahudi Yang Menolak Yesus
Stefanus di Alkitab adalah orang Yahudi perantauan yang sudah menetap di Yerusalem.
Orang Yahudi sepertiĀ ini disebut juga sebagai orang Yahudi Hellenis atau orang Yahudi “diaspora” (perserakan).
Orang-orang Yahudi diaspora biasanya lebih terbuka terhadap budaya lain, sebab mereka sudah terbiasa bertemu banyak budaya yang berbeda di perantauan.
Di sisi lain, mereka lebih kritis terhadap Taurat dan Bait Allah, dibanding dengan orang-orang Yahudi yang ada di kampung halaman (Yerusalem).
Dan kelak orang-orang Yahudi diasporalah yang berperan dalam membawa Kabar Baik kepada orang-orang non-Yahudi di kota Antiokhia, sehingga melahirkan gereja non-Yahudi pertama di dunia (Kisah Para Rasul 11:19-21).
Stefanus, sebagaimana umumnya orang Yahudi diaspora, lebih “kritis” terhadap Taurat dan Bait Allah.
Para penafsir Alkitab berkata bahwa Stefanuslah yang pertama-tama mengerti tentang arti korban Kristus yang telah menggenapi Taurat dan fungsi Bait Allah.
Khotbah Stefanus di hadapan Mahkamah Agama Yahudi dipandang sebagai awal “revolusi teologi” dalam gereja mula-mula.
Dalam khotbah pembelaannya di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, Stefanus menyimpulkan dua hal.
Pertama, adanya Bait Allah tidak menjamin orang Israel beribadah kepada Tuhan. Sebaliknya, para bapa leluhur mereka tidak mempunyai Bait Allah di pengembaraan, tetapi tetap menyembah Tuhan.
Kedua, bangsa Israel, sejak zaman Musa, selalu memberontak kepada Tuhan dan menentang utusan-utusanNya, yang berpuncak pada penentangan mereka terhadap Tuhan Yesus.
Itulah sebabnya Stefanus mengecam keras sikap mereka tersebut dengan menuduh mereka sebagai “orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga”, dan yang “selalu menentang Roh Kudus.” (Kisah Para Rasul 7:1-53).
Stefanus memakai cara yang “keras” seperti ini karena hati orang-orang Yahudi sudah sangat mengeras, jadi tidak bisa berkompromi lagi, harus “dilawan” dengan cara yang keras juga.
4. Stefanus Disambut Tuhan Yesus Di Sorga Dengan Berdiri Di Sebelah Kanan Bapa
Ketika Stefanus berkhotbah di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, mereka sangat marah kepadanya, sebab Stefanus mengecam mereka dengan sangat keras.
Akan tetapi ada satu hal yang luar biasa terjadi pada Stefanus. Stefanus melihat langit terbuka dan melihat Tuhan Yesus berdiri di sebelah kanan Bapa!
Menarik, karena di Alkitab Tuhan Yesus selalu digambarkan “duduk” di sebelah kanan Bapa. Namun dalam nas di atas dikatakan bahwa Tuhan Yesus “berdiri” di sebelah kanan Bapa.
Apa yang terjadi? Tuhan Yesus “berdiri” untuk menghormati Stefanus, hambaNya yang setia!
Tuhan Yesus melakukan standing ovation (berdiri sambil bertepuk tangan) terhadap Stefanus.
Biasanya standing ovation diberikan sebagai penghormatan tertinggi kepada seorang yang terhormat, ketika ia memasuki sebuah ruangan; atau kepada seorang seniman, ketika ia telah selesai mempertunjukkan kemampuannya di atas panggung.
Demikianlah yang dilakukan Tuhan Yesus. Ia menyambut Stefanus dengan penuh hormat di sorga, karena Stefanus telah melayaniNya sebagai saksi yang setia tanpa takut dan gentar (Kisah Para Rasul 7:54-56).
Terima kasih Pak Haris. GBU.
Sama-sama Bu Linda. Tuhan memberkati ibu juga.