Artikel ini membahas tentang 7 karakter tokoh natal di Alkitab yang patut diteladani.
Ada 7 karakter tokoh natal di Alkitab yang patut diteladani.
Banyak jenis karakter tokoh Alkitab yang dicatat di Alkitab, baik yang namanya disebutkan maupun yang tidak.
Karakter tokoh-tokoh Alkitab tersebut dicatat baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru.
Karakter tokoh-tokoh Alkitab yang dimaksud di sini adalah dalam arti luas, bukan hanya sekedar sifat atau watak mereka.
Baca juga: 10 Karakter Tokoh Alkitab Perjanjian Lama Yang Patut Diteladani
Akan tetapi karakter di sini juga mencakup sikap hati, pendirian, nilai-nilai, prinsip hidup, dan ciri-ciri khas mereka; baik yang positif maupun yang negatif.
Ada banyak pelajaran yang bisa didapat dari karakter tokoh-tokoh Alkitab. Baik karakter yang negatif maupun karakter yang positif.
Karakter tokoh Alkitab yang positif dipelajari untuk diteladani, sedangkan karakter tokoh Alkitab yang negatif dipelajari untuk dihindari.
Artikel kali ini membahas 7 karakter tokoh natal di Alkitab yang patut diteladani.
Baca juga: 10 Karakter Tokoh Alkitab Perjanjian Baru Yang Patut Diteladani
Para tokoh natal di Alkitab adalah tokoh-tokoh penting yang berperan pada masa-masa kelahiran Yesus, sebelum dan sesudah kelahiran Yesus.
Lalu apa sajakah 7 karakter tokoh tokoh natal di Alkitab yang patut diteladani?
Berikut pembahasannya.
1. Karakter Zakharia: Setia Melayani Tuhan
Karakter tokoh Natal di Alkitab yang patut diteladani, yang pertama adalah karakter Zakharia: setia dalam melayani Tuhan.
Zakharia beserta istrinya, Elisabet, adalah orang yang saleh, orang yang benar di hadapan Tuhan.
Mereka hidup menurut segala firman Tuhan dengan tidak bercacat.
Tetapi Zakharia dan istrinya tidak mempunyai anak.
Tetapi hal ini tidak membuat Zakharia menjadi tidak setia dalam melayani Tuhan.
Zakharia adalah seorang imam yang sewaktu-waktu bertugas di dalam Bait Suci sesuai dengan hasil undian.
Karena banyaknya para imam Israel, maka tidak bisa semuanya melayani secara bersama-sama, harus bergantian atau bergiliran.
Umumnya seorang imam mendapat giliran melayani di Bait Suci sekali dalam setahun atau sekali dalam beberapa tahun.
Tetapi banyak juga imam yang melayani di Bait Suci hanya sekali seumur hidup, bahkan ada yang tidak pernah melayani satu kali pun hingga matinya!
Pada masa itu untuk mengatur jadwal pelayanan secara bergilir adalah dengan cara diundi.
Dan ketika kena undi, Zakharia mendapat giliran melayani di Bait Allah. (Lukas 1:5-9).
Tidak diketahui sudah berapa kali Zakharia melayani di Bait Suci. Apakah sudah pernah sebelumnya ataukah baru kali ini?
Yang jelas menunggu tiba giliran melayani di Bait Suci serta menjalankan pelayanan tersebut dibutuhkan kesetiaan.
Zakharia, sekalipun belum dikaruniai seorang anak, tetap setia melayani Tuhan. Dia tidak menjadi kecewa sekalipun ia sudah tua dan tidak/belum punya anak.
2. Karakter Maria: Berserah Kepada Tuhan
Karakter tokoh Natal di Alkitab yang patut diteladani, yang kedua adalah karakter Maria: berserah kepada Tuhan.
Maria merupakan perempuan sederhana yang tinggal di kota Nazaret, Galilea.
Ia masih gadis dan sedang bertunangan dengan Yusuf, ketika malaikat Gabriel datang kepadanya untuk memberitahukan bahwa ia akan melahirkan Juruselamat dunia.
Ketika Maria mendengar bahwa ia akan mengandung, maka ia sangat terkejut.
Tentu hal ini sangat wajar sebab Maria saat itu belum menikah.
Hamil di luar nikah adalah aib besar yang sangat memalukan. Bahkan dalam hukum Taurat Yahudi dapat diganjar dengan hukuman mati.
Namun malaikat Gabriel mengatakan bahwa Maria akan mengandung Juruselamat dari Roh Kudus.
Jadi Maria mengandung bukan dari manusia, karena Anak yang dikandungnya itu juga bukan manusia biasa, yang lahir dari hubungan suami-istri, tetapi Dia adalah Tuhan sendiri yang datang ke dunia.
Hal yang luar biasa adalah respons Maria.
Maria percaya kepada ucapan Gabriel dengan berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1:26-38).
Perkataan Maria ini menggambarkan sikap seseorang yang berserah penuh kepada kehendak Allah, tanpa ada bantahan.
3. Karakter Yusuf: Tulus Hati
Karakter tokoh Natal di Alkitab yang patut diteladani, yang ketiga adalah karakter Yusuf: tulus hati.
Alkitab memperkenalkan pribadi Yusuf, ayah Yesus, sebagai orang yang tulus hati.
Yusuf adalah orang yang lurus, yang tidak neko-neko, dia tidak punya motif-motif yang tidak baik terhadap orang lain.
Hal ini selaras dengan kehidupan Yusuf yang sederhana sebagai seorang tukang kayu.
Meskipun Yusuf termasuk keturunan raja Daud, raja Israel terbesar sepanjang masa, namun Yusuf hidup secara sederhana dan tulus hati.
Ketika Yusuf tahu bahwa tunangannya, Maria, sedang hamil, maka dengan diam-diam ia ingin membatalkan pertunangannya dengan Maria.
Pada masa itu pertunangan sudah dianggap seperti suami istri, tetapi belum hidup sebagai suami istri.
Rencana Yusuf membatalkan pertunangannya adalah karena ia tidak ingin mencemarkan nama Maria jika sudah mengandung padahal masih bertunangan (Matius 1:19-20).
Yusuf tidak ingin Maria dituduh sebagai perempuan yang tidak baik, yang hamil di luar nikah darinya.
Itulah sebabnya ia ingin membatalkan pertunangannya dengan Maria.
Namun niat baik Yusuf itu dicegah malaikat Tuhan.
Malaikat itu berkata agar Yusuf tidak ragu menerima Maria menjadi istrinya, sebab Maria mengandung dari Roh Kudus.
4. Karakter Elisabet: Rendah Hati
Karakter tokoh Natal di Alkitab yang patut diteladani, yang keempat adalah karakter Elisabet: rendah hati.
Kerendahan hati Elisabet terlihat tatkala Maria ibu Yesus, yang masih saudaranya, mengunjunginya.
Ketika Maria baru mengandung dari Roh Kudus dan usia kandungan Elisabet telah 6 bulan, ia mengunjungi Elisabet.
Dan ketika Maria mengucapkan salam kepada Elisabet, maka bayi yang di dalam rahim Elisabet (Yohanes Pembaptis) melonjak.
Hal ini menunjukkan penghormatan Yohanes Pembaptis kepada Yesus yang di dalam rahim Maria.
Kunjungan Maria ini juga membuat Elisabet merasa bangga, sebab ia merasa bahwa Maria adalah ibu Tuhannya (Yesus).
Bahkan Elisabet merasa tidak layak dikunjungi oleh Maria, ibu Tuhan Yesus secara manusia. Elisabet merasa bahwa dia bukanlah siapa-siapa (Lukas 1:39-45).
Inilah bentuk kerendahan hati Elisabet sekaligus penghormatannya atas keunggulan Maria, sekalipun Maria jauh lebih muda darinya.
Sebab ia sadar bahwa Maria adalah ibu Sang Juruselamat secara manusia, sedangkan dirinya “hanya” ibu Yohanes Pembaptis, perintis jalan bagi Sang Juruselamat tersebut.