Artikel ini membahas tentang 7 malapetaka di Alkitab yang lebih dahsyat dari virus corona.

Virus corona atau biasa disebut Covid-19, sedang mewabah di hampir seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia.

Virus mematikan ini berawal di negara Cina dan telah merenggut puluhan ribu korban jiwa serta ratusan ribu positif terinveksi dan sedang dalam perawatan.

Baca juga: 5 Ayat Alkitab Dalam Menghadapi Virus Corona

WHO, organisasi dunia di bidang kesehatan, terus menghimbau masyarakat untuk menjaga diri dari virus corona.

Demikian juga di tiap negara dilakukan berbagai upaya pencegahan terhadap virus ini sehingga tidak semakin banyak menimbulkan korban jiwa.

Salah satunya adalah dengan cara melarang masyarakat untuk keluar rumah dan mengunjungi tempat-tempat keramaian untuk jangka waktu tertentu.

Baca juga: 5 Alasan Mengapa Orang Kristen Tidak Harus Beribadah Di Masa Virus Corona

Bahkan di Indonesia pemerintah beserta para pemimpin agama menghimbau agar umat untuk sementara tidak melakukan ibadah dahulu di tempat ibadah, tetapi cukup di rumah.

Virus corona, yang hingga kini belum ditemukan penyebab dan obatnya, menjadi momok menakutkan bagi banyak orang.

Keberadaan virus corona yang mudah menular jelas membuat banyak orang menjadi ketakutan.

Baca juga: 5 Sikap Kristen Yang Benar Dalam Menghadapi Virus Corona

Meski demikian, tahukah Anda bahwa di Alkitab banyak malapetaka yang lebih dahsyat dari virus corona?

Disebut lebih dahsyat sebab korbannya lebih banyak daripada korban virus corona, setidaknya hingga saat ini.

Baca juga: 10 Mujizat Yesus Terbesar Sepanjang Masa

Dalam artikel ini akan dicantumkan 7 malapetaka (penderitaan atau kematian) yang lebih dahsyat dari virus corona/covid 19 yang sedang mewabah di seluruh dunia saat ini.

Ketujuh malapetaka ini semuanya merupakan hukuman Tuhan atas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berikut kelima 7 malapetaka tersebut dan sedikit penjelasannya.

 

1. Kematian Dan Berbagai Penderitaan Yang Dialami Oleh Semua Manusia

Malapetaka pertama di Alkitab yang lebih dahsyat dari virus corona/covid 19 adalah kematian jasmani dan berbagai penderitaan hidup yang dialami seluruh manusia.

Ketika Tuhan menciptakan manusia, Adam dan Hawa, Ia memberi perintah kepada mereka bahwa semua yang ada di Taman Eden boleh mereka makan buahnya.

Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, yang terdapat di tengah-tengah taman itu, tidak boleh mereka makan. Sebab pada waktu mereka memakannya, mereka pasti akan mati.

Peringatan Tuhan ini tidak diindahkan oleh Adam dan Hawa.

Iblis dalam bentuk ular datang untuk menggoda Hawa.

Hawa mengambil buah pohon itu, memakannya dan memberikannya kepada  suaminya, Adam.

Ketidaktaatan Hawa dan Adam membuat Tuhan menghukum mereka dengan tiga macam hukuman.

Pertama, kematian rohani. Kematian manusia seperti yang Tuhan katakan jika mereka memakan buah pohon terlarang, terbukti di sini.

Mereka memang tidak mati seketika secara jasmani, tetapi mereka telah mati secara rohani.

Artinya, mereka terpisah dari Tuhan. Mereka punya rasa bersalah dan takut berhadapan denganNya (keterpisahan secara kiasan) serta diusir dari Taman Eden (keterpisahan secara harfiah).

Kedua, kematian jasmani. Kematian rohani kemudian juga diikuti oleh kematian secara jasmani.

Setelah hidup bertahun-tahun, akhirnya Adam dan Hawa mati secara fisik. Jika mereka tidak memakan buah pohon terlarang tentu mereka akan hidup selamanya.

Ketiga, berbagai penderitaan dalam hidup.

Tuhan menghukum Hawa bahwa ia akan mengandung dan melahirkan anak dengan sakit, dan ia akan berada dalam kuasa suaminya. Sementara Adam dihukumnya dengan sangat susah mencari nafkah dari tanah yang dikelolanya (Kejadian 3:1-24).

Hukuman yang ditimpakan kepada Adam dan Hawa bukan hanya untuk mereka berdua, tetapi untuk seluruh keturunan mereka kelak, dengan kata lain, untuk semua manusia di bumi, yang adalah keturunan Adam dan Hawa.

Jadi cakupan hukuman ini sangat luas. Inilah yang disebut dengan istilah dosa asali atau dosa warisan, yang hanya ada dalam ajaran kekristenan (Roma 5:12-21).

Semua manusia terkena “virus” dosa Adam dan Hawa, sehingga manusia pun pasti berbuat dosa dalam hidupnya. Sebab di darahnya mengalir darah dosa, yang “ditularkan” dari darah Adam.

Itulah sebabnya tidak ada manusia yang tidak berbuat dosa, sebab tidak ada lagi kemampuannya untuk itu.

Semua manusia telah terpisah dari Allah yang hidup. Semua manusia akan mengalami kematian jasmani, dan semua manusia di bumi akan mengalami berbagai penderitaan, penyakit,  dan malapetaka.

Kematian Yesus di kayu salib memulihkan manusia pada keadaannya semula di Taman Eden ketika belum jatuh ke dalam dosa, yakni hubungan yang harmonis dengan Tuhan, tanpa mengalami penyakit, berbagai penderitaan, dan kematian.

Ketika seseorang percaya Yesus, hubungan yang baik dengan Allah dapat dialaminya ketika ia masih hidup di dunia ini.

Tetapi terlepas dari berbagai penyakit, penderitaan dan kematian jasmani, baru akan dialaminya pada dunia yang akan datang. (Baca: 10 Peristiwa Terpenting Yang Akan Terjadi Pada Akhir Zaman).

 

2. Air Bah Yang Melanda Seluruh Bumi

Malapetaka kedua di Alkitab yang lebih dahsyat dari virus corona/covid 19 adalah air bah yang melanda seluruh bumi dan menewaskan hampir semua manusia.

Ketika jumlah manusia semakin banyak di bumi, semakin lama kelakuan mereka semakin jahat di mata Tuhan dan kecenderungan hatinya hanyalah melakukan kejahatan.

Bukan hanya keturunan Adam dari garis keturunan Kain, keturunan Adam dari garis Set pun jahatnya sama.

Padahal Tuhan telah memilih garis keturunan Adam dari Set, setelah Kain berdosa di hadapanNya dengan membunuh adiknya, Habel.

Salah satu kejahatan manusia yang sangat menyesakkan bagi Tuhan adalah perkawinan anak-anak Allah dengan anak-anak manusia.

Anak-anak Allah yang dimaksud di sini adalah keturunan Set yang saleh, yang mengawini anak-anak Kain dengan cara poligami.

Hal ini berarti keturunan Set yang saleh bercampur dengan keturunan Kain yang jahat. Padahal Tuhan berharap keturunan Set berbeda dengan keturunan Kain.

Karena itu Tuhan menyesal (ini adalah istilah manusia yang dipakai untuk Tuhan) telah menciptakan manusia.

Dan Ia ingin memusnahkan seluruh manusia yang diciptakanNya itu dengan air bah yang melanda seluruh bumi.

Namun Tuhan menyelamatkan satu keluarga dari seluruh manusia yang akan dimusnahkanNya itu sehingga manusia tetap ada di hadapanNya.

Dialah Nuh, seorang yang saleh di hadapan Tuhan. Nuh sekeluarga tidak akan tertimpa air bah yang akan didatangkan Tuhan.

Untuk itu, Tuhan menyuruh Nuh membuat sebuah bahtera di atas gunung yang mampu menampung Nuh sekeluarga dan sejumlah spesies hewan di bumi sehingga hewan-hewan tersebut tidak punah.

Setelah Nuh selesai membuat bahtera, Tuhan menyuruh Nuh berserta seluruh keluarganya masuk ke dalamnya. Lalu Tuhan mendatangkan air bah yang melanda seluruh bumi. Seluruh manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan menjadi mati. Hanya Nuh sekeluarga (istri dan ketiga anaknya) yang selamat.

Lamanya air bah menggenangi bumi adalah 150 hari.

Setelah itu Nuh sekeluarga diperintahkan oleh Tuhan untuk keluar dari bahtera itu.

Tuhan kemudian berjanji bahwa Ia tidak akan memusnahkan bumi lagi seperti yang dilakukanNya dengan mendatangkan air bah, sekalipun hati manusia itu semata-mata jahat.

Tuhan memberi tanda di langit, yakni busurNya (pelangi), sebagai bukti dari janjiNya tersebut (Kejadian 6-8).

Dari Nuh inilah seluruh umat manusia berkembang biak di bumi. Ketiga anak Nuh, yakni Sem, Ham, dan Yafet menjadi nenek moyang seluruh bangsa di bumi. (Baca: 10 Tokoh Alkitab Berusia 600 Tahun Ke Atas).

 

3. Bangsa Mesir 10 Kali Ditulahi Tuhan 

Malapetaka ketiga di Alkitab yang lebih dahsyat dari virus corona/covid 19 adalah menulahi bangsa Mesir sebanyak 10 kali.

Yusuf, anak Yakub, cucu Abraham, menjadi orang kepercayaan Firaun dan menjadi orang kedua di Mesir.

Yakub pun datang ke Mesir, beserta seluruh keluarganya, sebanyak 75 jiwa. Mereka menjadi pendatang di Mesir, yang ditempatkan di satu tempat khusus yang terpisah dari bangsa Mesir.

Ketika Yusuf mati, dan Firaun yang lain bangkit, yang tidak mengenal Yusuf, maka dia mulai memperlalukan bangsa Israel dengan begitu keras.

Apalagi ketika jumlah orang Israel semakin bertambah banyak di Mesir, raja Mesir yang baru membuat kebijakan untuk membasmi orang Israel dengan cara membunuh bayi-bayi mereka yang baru lahir.

Selain itu, mereka juga disuruh kerja paksa di Mesir.

Lalu Tuhan memanggil Musa dan memerintahkannya untuk membawa umatNya keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, yang telah Ia janjikan kepada nenek moyang mereka, Abraham, Ishak dan Yakub.

Setelah sempat menolak, Musa akhirnya pergi menemui teman sebangsanya.

Tetapi raja Mesir, Firaun, tidak mengizinkan bangsa Israel pergi dari Mesir, sebab mereka adalah budak-budak yang dipekerjakan Firaun, kepergian mereka akan menjadi kerugian bagi dia dan bangsa Mesir.

Karena itu Tuhan menimpakan banyak tulah (10 tulah) atau hukuman kepada Firaun dan bangsanya sehingga Firaun terpaksa melepaskan bangsa Israel dari perbudakannya.

Sampai tulah kesembilan, Firaun masih berkeras menahan bangsa Israel.

Tetapi ketika tulah terakhir Tuhan timpakan, yakni kematian anak sulung di seluruh Mesir, termasuk anak sulung raja Firaun, maka Firaun pun melepaskan bangsa Israel pergi (Keluaran 7-12).

(Baca: 10 Tulah Allah Di Mesir Dan Penjelasannya)

 

4. Mayat 600 Ribu Orang Israel Yang Keluar Dari Mesir Bergelimpangan Di Padang Gurun

Malapetaka keempat di Alkitab yang lebih dahsyat dari virus corona/covid 19 adalah tewasnya 600.000 orang Israel di padang gurun.

Di padang gurun menuju Tanah Perjanjian bangsa Israel memberontak kepada Tuhan.

Sebab ketika Musa mengutus 12 pengintai ke Tanah Perjanjian, 10 orang dari pengintai itu memberi kabar buruk kepada orang Israel, dan sebagian besar orang Israel mempercayainya sehingga mereka menolak pergi ke Tanah Perjanjian dan ingin kembali ke Mesir.

Karena itu Tuhan sangat murka terhadap bangsa Israel. (Baca: 12 Pengintai Tanah Perjanjian Dan Kisah Mereka)

Ia membunuh semua orang yang tak percaya itu, laki-laki yang berusia 20 tahun ke atas (600.000 orang), kecuali Kaleb dan Yosua, dua pengintai yang membawa kabar baik kepada bangsa Israel dan yang tidak ikut memberontak kepadaNya.

Jadi yang masuk ke Tanah Perjanjian hanya mereka yang berusia 20 tahun ke bawah serta perempuan dan anak-anak.

Namun mereka ini pun harus berputar-putar selama 40 tahun di padang gurun sebelum masuk ke Tanah Perjanjian, sampai semua para pemberontak tersebut mati di padang gurun (Bilangan 13-14).

 

Tinggalkan Balasan