Artikel ini berisi tentang 7 tokoh Alkitab yang bangkit dari kegagalan dan keterpurukan.

Kegagalan dan keterpurukan adalah sebuah kondisi yang sering dialami oleh manusia.

Seseorang bisa mengalami kegagalan dan keterpurukan disebabkan oleh sejumlah faktor.

Tetapi yang terpenting adalah, apakah orang tersebut bangkit dari kegagalan dan keterpurukannya, ataukah ia berada terus menerus di dalamnya.

Baca juga: 10 Tokoh Alkitab Yang Telah Sukses Di Usia Muda

Pilihan ada di tangan orang tersebut.

Di Alkitab juga terdapat sejumlah orang yang mengalami kegagalan dan keterpurukan hidup.

Namun sebagian dari mereka memutuskan untuk bangkit dari kegagalan dan keterpurukan tersebut.

Nah, artikel kali ini akan membahas tentang 7 tokoh Alkitab yang bangkit dari kegagalan dan keterpurukan.

Baca juga: 10 Tokoh Alkitab Yang Bertekun Dalam Penderitaan

Mereka terdiri dari tokoh Alkitab di Perjanjian Lama, maupun tokoh Alkitab di Perjanjian Baru.

Mereka bangkit dari kegagalan dan keterpurukan dalam segala bidang: kesehatan, ekonomi, dan spiritual/rohani.

Siapa sajakah 7 tokoh Alkitab yang bangkit dari kegagalan dan keterpurukan tersebut?

Berikut pembahasannya.

 

1. Yefta

Tokoh Alkitab yang bangkit dari kegagalan dan keterpurukan, yang pertama adalah Yefta.

Yefta berasal dari keluarga yang tidak baik. Ia adalah anak dari seorang perempuan sundal.

Ketika saudara-saudara tirinya besar, mereka mengusir Yefta dari rumah mereka, akibatnya ia pun pergi ke tanah Tob, negeri Aram. Di sana ia menjadi kepala para perampok.

Inilah titik keterpurukan Yefta.

Tetapi ketika bangsa Israel berperang dengan bangsa Amon, para tua-tua Israel di Gilead, kampung halaman Yefta, meminta Yefta untuk membantu mereka berperang melawan orang Amon.

Dan mereka berjanji bahwa jika mereka menang, mereka akan menjadikan Yefta sebagai pemimpin mereka.

Ini tentu adalah kesempatan baik bagi Yefta untuk keluar dari keterpurukannya. Dan Yefta mengambil kesempatan tersebut.

Sekalipun Yefta sempat mempertanyakan sikap keluarga dan orang-orang sekampungnya yang pernah mengusirnya, namun Yefta tidak larut dalam masalah tersebut.

Yefta tidak menyia-nyiakan kesempatan yang dia dapat.

Setelah memastikan janji para tua-tua Gilead bahwa ia akan dijadikan mereka sebagai pemimpinnya, dan setelah masalah itu dibawa oleh Yefta ke hadapan Tuhan, Yefta pun menyetujui kesepakatan yang ditawarkan para tua-tua Gilead.

Mereka berangkat ke medan pertempuran bersama orang-orang Israel di Gilead, dengan Yefta sebagai pemimpinnya.

Dan atas pertolongan Tuhan, mereka pun menang (Hakim-hakim 11:1-33). Lalu Yefta menjadi hakim atas Israel.

 

2. Simson

Tokoh Alkitab yang bangkit dari kegagalan dan keterpurukan, yang kedua adalah Simson.

Simson adalah salah satu hakim Israel terkenal. Simson diberi Tuhan kekuatan fisik yang luar biasa, yang membedakannya dengan para hakim Israel sebelumnya.

Namun sayang, dalam perjalanan hidupnya, Simson lebih banyak memakai kekuatan fisiknya untuk kepentingan pribadinya sendiri daripada untuk membela kepentingan Tuhan.

Ia memakai kekuatan fisiknya terutama untuk membalas dendam pribadi terhadap orang Filistin, musuh bebuyutan bangsa Israel, bukan untuk menggenapi panggilan Tuhan dalam membebaskan orang Israel dari kuasa orang Filistin.

Simson sangat mudah tergoda dengan wanita, dan karena wanita jugalah ia akhirnya “hancur”. Simson dihianati oleh wanita “mata-mata” orang Filistin, yang juga kekasihnya, yakni Delila.

Akibatnya, Tuhan meninggalkan Simson! Orang Filistin menangkap Simson, kemudian mencungkil kedua matanya dan menempatkannya di penjara dengan pekerjaan menggiling buah zaitun.

Simson berada di dalam keterpurukan rohani.

Namun setelah beberapa lama di penjara, Simson akhirnya mulai sadar akan kesalahan yang telah dilakukannya selama ini. Ia pun bertobat.

Hal ini terbukti dari doa permohonannya kepada Tuhan agar diberi kesempatan sekali lagi untuk mengalahkan musuhnya.

Di samping itu, rambut Simson pun, letak kekuatan fisiknya, mulai tumbuh kembali; kekuatannya yang hilang akibat rambutnya yang dicukur, mulai pulih.

Maka ketika orang Filistin membawa Simson ke sebuah gedung untuk menyuruhnya melawak dan menjadikannya bahan tertawaan, ia pun berusaha membunuh mereka.

Di gedung itu berkumpul 3000 orang Filistin, untuk mengadakan perayaan korban kepada dewa mereka, yang mereka yakini telah menyerahkan Simson ke tangan mereka.

Dalam keadaan buta setelah kedua matanya dicungkil, Simson pun bertekad untuk mengalahkan musuhnya.

Ia meraba-raba tiang penyangga gedung tersebut. Simson memegang kedua tiang penyangga gedung itu, dengan satu tangan di tiang kiri dan satu tangan lagi di tiang kanan.

Dan dengan sekuat tenaga Simson pun mendorong kedua tiang gedung itu sehingga rubuh dan menewaskan semua orang yang ada di dalamnya.

Namun, hal ini juga menjadi kematian Simson, ia ikut tertimpa gedung tersebut (Hakim-Hakim 16:23-31). (Baca: 7 Fakta Tentang Simson Di Alkitab)

Kendati demikian, kepahlawanan Simson dalam mengalahkan bangsa Filistin, musuh bebuyutan bangsa Israel, serta pertobatannya di akhir hidupnya, membuat Simson layak dimasukkan ke dalam daftar para Pahlawan Iman dari Perjanjian Lama (Ibrani 11:32).

 

3. Naomi

Tokoh Alkitab yang bangkit dari kegagalan dan keterpurukan, yang ketiga adalah Naomi.

Naomi adalah seorang perempuan Israel yang pergi bersama keluarganya mengungsi dari kampung halamannya di Betlehem menuju Moab, karena kelaparan yang terjadi di Israel.

Mereka pergi pada zaman hakim-hakim memerintah di Israel (ketika raja belum ada di Israel), tetapi tidak disebutkan pada zaman hakim siapa.

Naomi pergi ke Moab bersama suaminya, Elimelekh, dan kedua anaknya laki-laki, Mahlon dan Kilyon.

Naomi sekeluarga mengungsi untuk menghindari penderitaan di Israel, tetapi penderitaan Naomi justru semakin bertambah di Moab.

Di Moab suami Naomi meninggal dan menjadikan Naomi sebagai janda.

Dan kedua anak Naomi menikah, anak pertama menikahi Orpa, anak kedua menikahi Rut, keduanya orang Moab yang tidak meyembah Tuhan Israel.

Tetapi kedua anak Naomi itu pun kemudian meninggal tanpa meninggalkan anak.

Lalu Naomi tinggal sebatang kara di negeri orang, bersama dua menantu yang tidak punya anak.

Maka Naomi bersiap pulang ke kampungnya, di Betlehem, Israel, setelah masa kelaparan di Israel berlalu.

Ia meminta kedua menantunya itu untuk kembali kepada orang tua mereka masing-masing.

Walau dengan berat hati, Orpa akhirnya bersedia pulang ke orang tuanya.

Tetapi Rut tidak, ia bersikeras ingin mengikuti mertuanya itu pulang ke Israel dan menyembah Tuhan Israel.

Akhirnya Naomi dan Rut pun pulang ke Israel.

Naomi tetap tabah dalam menghadapi keterpurukannya.

Naomi bukanlah tipe perempuan yang lemah, yang mudah putus asa dan kecewa kepada Tuhan. Ia tetap bangkit dari keterpurukannya, sekalipun suami dan kedua anaknya meninggal.

Naomi juga tidak fokus pada keterpurukannya, ia justru berusaha membuat menantunya bahagia. Naomi berusaha mencarikan suami bagi menantunya, Rut.

Ketika Rut akhirnya menikah dengan Boas, Naomi pun mendapat cucu dari Rut, dan dia mengasuhnya seperti anaknya sendiri.

Inilah yang menjadi penghiburan bagi Naomi (Rut 4).

 

4. Daud

Tokoh Alkitab yang bangkit dari kegagalan dan keterpurukan, yang keempat adalah Daud.

Daud adalah raja kedua Israel setelah Saul dan merupakan raja terbesar Israel sepanjang masa.

Setelah mapan menjadi raja Israel, Daud kemudian jatuh ke dalam dosa.

Daud berzinah dengan Batsyeba, istri Uria, salah satu prajurit Daud.

Untuk menutupi perbuatannya, Daud pun menyuruh Uria segera pulang ke rumahnya.

Ketika siasatnya ini gagal, Daud pun merancangkan siasat yang lain, yang lebih licik. Daud memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Uria dengan cara menempatkannya di bagian paling depan dalam pertempuran!

Setelah Uria mati, maka Daud mengambil Batsyeba menjadi istrinya  (2 Samuel 11-12).

Hal ini membuat Tuhan murka dan menghukum Daud dengan menulahi anak hasil hubungannya dengan Batsyeba.

Pada titik inilah Daud mengalami titik keterpurukan dan kegagalan melakukan kehendak Tuhan.

Daud berdoa semalam-malaman sambil berpuasa dan berkabung untuk anaknya, hasil perzinahannya dengan Batsyeba.

Tetapi anak Daud itu tidak sembuh, ia akhirnya mati, sekalipun Daud berdoa dan berpuasa hingga semalam-malaman untuknya.

Namun yang luar biasa adalah, setelah anak Daud mati, Daud segera bangun dari perkabungannya, berurap dan bertukar pakaian. Bahkan ia kemudian sujud menyembah kepada Tuhan di rumah Tuhan. Setelah itu ia pulang ke rumahnya dan makan roti.

Hal ini mengagetkan para pegawainya, yang mengetahui Daud makan setelah anaknya mati. Padahal waktu anaknya masih hidup ia tidak mau makan.

Daud menhawab bahwa anaknya yang telah mati tidak bisa diapa-apakan lagi, jadi percuma saja ia berdoa dan berkabung. Ia tidak akan hidup lagi (2 Samuel 12: 21-23).

Waktu anak itu masih hidup/sakit ada harapan untuk hidup/sembuh, itulah sebabnya Daud berdoa dan berkabung. Sekarang setelah anak tersebut mati tidak ada gunanya lagi berdoa untuknya.

Daud tidak mau tinggal dalam keterpurukan rohani. Ia tidak jatuh dalam kesedihan yang terus menerus ketika ia tidak menerima pengabulan doanya.

Daud bangkit dari kegagalan dan keterpurukannya.

 

Tinggalkan Balasan