Artikel ini berisi tentang 7 tokoh Alkitab yang putus asa dan ingin mati.

Berputus asa dalam menghadapi berbagai pergumulan hidup bukanlah sikap yang tepat, khususnya bagi umat Tuhan.

Sebab Tuhan berjanji akan selalu menyertai dan menguatkan umatNya dalam menghadapi segala pergumulan mereka.

Kendati demikian, sebagai manusia, ada kalanya kita menjadi putus asa dalam hidup ini, sekalipun kita tahu hal tersebut tidak Tuhan inginkan.

Baca juga: 7 Tokoh Alkitab Yang Mati Bunuh Diri

Demikian juga dengan para tokoh Alkitab, bahkan tokoh-tokoh penting seperti para nabi. Banyak di antara mereka yang pernah putus asa, bahkan hingga ingin mati.

Hal ini terjadi karena beratnya pergumulan hidup yang mereka hadapi, terutama lagi dalam menjalankan tugas pelayanan kepada Tuhan.

Meski demikian, para tokoh Alkitab yang putus asa ini akhirnya mengalami kemenangan atas pergumulan yang mereka hadapi.

Baca juga: 7 Tokoh Alkitab Yang Doanya Tidak Dikabulkan 

Nah, artikel kali ini akan membahas tentang 7 tokoh Alkitab  yang putus asa dan ingin mati.

Semuanya adalah tokoh Perjanjian Lama, umat Tuhan dan yang takut akan Tuhan.

Siapa sajakah 7 tokoh Alkitab yang putus asa dan ingin mati tersebut? Berikut pembahasannya.

 

1. Ayub

Tokoh Alkitab yang putus asa bahkan hingga ingin mati, yang pertama adalah Ayub.

Ayub adalah seorang yang benar dan saleh di hadapan Allah.

Selain itu, Ayub juga orang yang kaya.

Allah mengizinkan iblis untuk mencobai Ayub dengan sangat berat: kematian anak-anaknya secara mendadak, penyakit kulit  yang dideritanya, dan harta kekayaannya yang lenyap seketika.

Bahkan istrinya meminta Ayub untuk mengutuki Allahnya lalu mati.

Demikian juga sahabat-sahabatnya, yang datang menghiburnya. Mereka mempersalahkan Ayub; mereka berpikir bahwa Ayub menderita karena dosa-dosanya.

Namun Ayub tidak mempersalahkan Tuhan atas segala penderitaan yang dialaminya. Ayub tetap setia sampai akhir dalam mengikut Tuhan.

Pada akhirnya Ayub dipulihkan oleh Tuhan setelah ia selesai menjalani pencobaan iblis yang Allah izinkan terjadi atas dirinya.

Kendati demikian, Ayub juga pernah putus asa dalam menghadapi penderitaannya.

Ia bahkan berharap agar Tuhan membunuhnya. Ia ingin mati saja!

Ah, kiranya terkabul permintaanku dan Allah memberi apa yang kuharapkan! Kiranya Allah berkenan meremukkan aku, kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku!” (Ayub 6:8-9).

Namun, secara umum Ayub tetap setia dan percaya kepada Tuhan.

 

2. Ribka

Tokoh Alkitab yang putus asa bahkan hingga ingin mati, yang kedua adalah Ribka.

Ribka adalah istri Ishak, anak Sara. Jadi Ribka adalah menantu Sara.

Di masa tuanya, Abraham mengutus seorang hambanya ke Aram-Mesopotamia, kepada sanak keluarganya, untuk mencarikan anaknya, Ishak, seorang istri. Ia pun pergi dan bertemu dengan Ribka, seorang yang sangat cantik.

Keluarga Ribka dan Ribka sendiri setuju untuk dijadikan istri Ishak. Dan Ribka dibawa oleh hamba Abraham ke Tanah Kanaan untuk dinikahkan dengan anak tuannya, Ishak.

Setelah Ishak menikahi Ribka, beberapa lama mereka tidak mempunyai anak, karena Ribka mandul.

Lalu Ishak mendoakan Ribka sehingga hamil.

Namun kandungan Ribka begitu menyakitkan baginya. Sehingga ia putus asa bahkan ingin mati.

”Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung. Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?” (Kejadian 25:21-22a)

Tetapi Ribka tidak berakhir pada sikap putus asa. Ia bangkit dan bertanya kepada Tuhan akan kandungannya yang menyakitkan tersebut.

Dan Tuhan menjawabnya bahwa Ribka mengandung anak kembar.

Ternyata anak kembarnya itulah, Esau dan Yakub, yang menyebabkan ia begitu kesakitan.

Setelah itu Ribka pun melahirkan anak kembarnya, Yakub dan Esau, dengan selamat (Kejadian 25:24-26).

 

3. Rahel

Tokoh Alkitab yang putus asa bahkan hingga ingin mati, yang ketiga adalah Rahel.

Rahel adalah istri yang paling dikasihi oleh Yakub, anak Ishak dan Ribka. Yakub rela bekerja selama 14 tahun untuk Laban, ayah Rahel, demi mendapatkan Rahel.

Sekalipun Yakub juga memperistri Lea, kakak Rahel, Yakub lebih mencintai Rahel daripada Lea.

Namun, Rahel adalah seorang perempuan yang mandul.

Karena Rahel melihat kakaknya, Lea, telah mempunyai beberapa anak, maka ia pun cemburu dan “menuntut” suaminya, Yakub,  memberikan anak kepadanya.

Bahkan Rahel ingin mati saja jika tidak punya anak. Saat itu perempuan mandul memang dipandang rendah dan dianggap sebagai aib.

”Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati.” (Kejadian 30:1)

Tetapi hal ini justru membuat Yakub marah kepadanya. Yakub berkata bahwa ia bukan Tuhan (Kejadian 30:1-2).

Rahel tidak menyerah. Rahel berdoa kepada Tuhan dan Ia mendengar doanya sehingga ia mengandung dan melahirkan seorang anak, Yusuf (Kejadian 30:22-23).

 

4. Musa

Tokoh Alkitab yang putus asa bahkan hingga ingin mati, yang keempat adalah Musa.

Musa lahir di Mesir, di mana orang Israel berada di bawah perbudakan orang Mesir. Lalu Tuhan memanggilnya untuk membawa umat Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian.

Musa memimpin sekitar 2 juta umat Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Pejanjian, mengembara di padang gurun selama 40 tahun.

Pada masa-masa inilah Musa menghadapi banyak pergumulan hidup. Sebab bangsa Israel selalu bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan.

Dalam satu kesempatan bangsa Israel bersungut-sungut kepada Tuhan untuk meminta daging di padang gurun. Maka Tuhan pun murka kepada mereka.

Hal ini dipandang jahat oleh Musa. Karena ia merasa tidak sanggup memberi daging kepada bangsa Israel yang menuntut daging kepadanya.

Musa bahkan meminta Tuhan membunuhnya jika Ia tidak menyanggupi sungut-sungut bangsa Israel.

“Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan. Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku. Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya aku tidak harus melihat celakaku.” (Bilangan 11:13-15)

Tuhan mendengar keluhan Musa, Ia kemudian menyediakan banyak daging bagi orang Israel, sekalipun Ia menghukum para “provokator” di antara mereka.

Tinggalkan Balasan