Artikel ini berisi tentang 7 tokoh anti diskriminasi di Alkitab.

Banyak tokoh anti diskriminasi di Alkitab yang perlu kita teladani.

Tokoh anti diskriminasi adalah orang yang tidak membeda-bedakan orang berdasarkan latar belakang etnis, warna kulit, agama, status sosial-ekonomi, jenis kelamin/gender, dll.

Selain itu, tokoh anti diskriminasi juga aktif menentang diskriminasi atas nama etnis, warna kulit, agama, status sosial-ekonomi, jenis kelamin/gender.

Atau aktif memperjuangkan persamaan hak-hak masyarakat tanpa membedakan etnis, warna kulit, agama, status sosial-ekonomi, dan jenis kelamin/gender.

Baca juga: 7 Tokoh Anti Korupsi Di Alkitab

Demikianlah dengan para tokoh anti diskriminasi di Alkitab.

Mereka tidak suka membeda-bedakan orang berdasarkan latar belakang etnis, warna kulit, agama, status sosial-ekonomi, dan jenis kelamin/gender.

Sebaliknya, para tokoh anti diskriminasi di Alkitab menentang diskriminasi berdasarkan apa pun, serta aktif memperjuangkan persamaan hak-hak masyarakat tanpa membedakan etnis, warna kulit, agama, status sosial-ekonomi, dan jenis kelamin/gender.

Tentu diskriminasi adalah suatu hal yang jahat, dan bertentangan dengan kehendak Allah Sang Pencipta.

Baca juga: 10 Tokoh Alkitab Yang Memperjuangkan Keadilan Dan HAM

Sebab Allah Sang Pencipta tidak membeda-bedakan manusia ciptaanNya.

Itulah sebabnya para tokoh anti diskriminasi di Alkitab patut untuk dikenang.

Alkitab banyak mencatat para tokoh tokoh anti diskriminasi pada masanya.

Sebab, seperti pada saat ini, diskriminasi juga sudah banyak ditemukan pada zaman Alkitab, khususnya diskriminasi rasial (rasisme/rasialisme), sosial-ekonomi, dan gender.

Baca juga: 10 Tokoh Pembaharu Di Alkitab

Artikel kali ini akan membahas tentang 7 tokoh anti diskriminasi di Alkitab.

Mereka terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda, baik laki-laki maupun perempuan, baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru.

Jumlah mereka sebenarnya lebih dari 7 orang, tetapi karena beberapa di antara mereka disebut dalam “perkara” yang sama, maka mereka dianggap satu.

Lalu siapa sajakah tokoh-tokoh anti diskriminasi di Alkitab tersebut?

Berikut pembahasannya.

 

1. Sifra Dan Pua

Tokoh anti diskriminasi di Alkitab yang pertama adalah Sifra dan Pua.

Sifra dan Pua adalah bidan-bidan di Mesir yang menolong para perempuan Israel untuk bersalin.

Bangsa Israel diperbudak di Mesir selama 400 tahun dan mereka diperlakukan dengan tidak adil.

Awalnya, ketika Yusuf anak Yakub berkuasa di Mesir, bangsa Israel diperlakukan oleh raja Mesir, Firaun, dengan baik.

Tetapi setelah Yusuf meninggal, dan raja Mesir yang baru tampil berkuasa (yang juga disebut sebagai Firaun), maka keadaan orang Israel menjadi memburuk.

Mereka diharuskan oleh raja Firaun untuk bekerja paksa.

Dan karena orang Israel semakin bertambah banyak, maka Firaun berikhtiar untuk membunuh bayi laki-laki Israel agar mereka tidak bertambah banyak dan akibatnya memberontak kepada bangsa Mesir.

Jadi Firaun memerintahkan agar bidan-bidan yang membantu perempuan Ibrani/Israel melahirkan, yakni Sifra dan Pua, langsung membunuh bayi-bayi tersebut jika mereka laki-laki.

Tetapi kedua bidan itu, yakni Sifra dan Pua, tidak mau membunuh bayi-bayi Israel itu.

Ketika Firaun memanggil Sifra dan Pua serta mempertanyakan tindakan mereka tersebut, maka Sifra dan Pua berkata bahwa perempuan-perempuan Israel/Ibrani sangat kuat, tidak seperti perempuan-perempuan Mesir; sebelum bidan-bidan datang mereka sudah bersalin/melahirkan.

Hal ini membuat raja Firaun murka sehingga ia memerintahkan kepada seluruh rakyat Mesir untuk melemparkan seluruh bayi-bayi laki-laki Israel ke sungai Nil (Keluaran 1:15-22).

Jelas Sifra dan Pua adalah para tokoh anti diskriminasi, yakni diskriminasi rasial.

Alkitab tidak menyebutkan apakah Sifra dan Pua adalah orang Israel atau orang Mesir.

Yang jelas perbuatan mereka itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang yang takut akan Tuhan dan mengasihi sesama manusia dari ras/etnis apa pun.

 

2. Mordekhai Dan Ester

Tokoh anti diskriminasi di Alkitab yang kedua adalah Mordekhai dan Ester.

Mordekhai adalah seorang Yahudi yang berada di pembuangan di Persia. (Babel, ke mana orang Yahudi dibuang, telah ditaklukkan oleh Persia).

Sedangkan Ester adalah saudara sepupu Mordekhai, yang kemudian mengangkat Ester sebagai anak.

Setelah ratu Wasti dibuang, maka Ester akhirnya terpilih sebagai ratu baru di Persia.

Tetapi, atas saran Mordekhai, Ester menyembunyikan asal-usulnya sebagai seorang Yahudi (Ester 2:1-18).

Suatu waktu, ketika Haman, pejabat tertinggi di bawah raja Ahasyweros lewat, semua orang memberi hormat dan sujud kepadanya.

Tetapi Mordekhai tidak memberi hormat kepada Haman dan tidak sujud kepadanya (karena sebagai orang Yahudi Mordekhai merasa tidak boleh sujud kepada manusia).

Akibatnya, Haman sangat benci kepada Mordekhai. Haman berencana untuk membunuh Haman, bahkan segenap bangsanya, orang Yahudi! (Ester 3:1-15).

Maka Mordekhai memberi pesan kepada Ester di istana agar ia meminta campur tangan raja Persia, Ahasyweros, untuk menggagalkan rencana Haman tersebut.

Ester pun masuk menghadap raja. Dan raja berkenan kepadanya, bahkan berjanji akan mengabulkan apa pun permintaan Ester.

Lalu Ester memberitahu rencana jahat Haman terhadap orang Yahudi sehingga Ahasyweros menjadi marah dan menghukum mati Haman.

Dengan demikian orang Yahudi pun bisa tetap hidup di seluruh kerajaan Persia. (Ester 5-7).

Mordekhai dan Ester adalah para tokoh anti diskriminasi di Alkitab.

Mereka sadar bahwa tidak ada satu etnis/ras/bangsa pun di dunia yang boleh dimusnahkan dengan alasan apa pun, apalagi hanya oleh alasan sakit hati kepada satu orang dari ras tersebut, seperti sakit hati Haman terhadap Mordekhai.

 

3. Tuhan Yesus

Tokoh anti diskriminasi di Alkitab yang ketiga adalah Tuhan Yesus sendiri.

Tuhan Yesus ketika masih hidup dan melayani di dunia dikenal sebagai Orang yang anti diskriminasi.

Misalnya, Ia banyak bergaul dengan orang-orang yang terpinggirkan atau kaum marjinal, serta orang-orang yang sering dicap sebagai orang berdosa, seperti pemungut cukai, wanita sundal, dan orang Samaria. (Matius 11:19).

Sebagai contoh, Ia menyambut Zakheus pemungut cukai dan makan di rumahnya (Lukas 19:1-10).

Demikian juga dengan Matius pemungut cukai, bahkan Ia memanggil Matius menjadi muridNya (Matius 9:9-13).

Tuhan Yesus juga membiarkan dirinya diurapi oleh seorang perempuan berdosa (tampaknya wanita sundal) di rumah Simon orang farisi.

Demikian juga dengan orang Samaria, Ia berbincang-bincang dengan seorang perempuan Samaria, sekalipun pada masa itu orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria (lihat poin 4 di bawah).

Tidak diragukan lagi, Tuhan Yesus adalah tokoh anti diskriminasi terbesar di Alkitab.

 

4. Filipus Penginjil 

Tokoh anti diskriminasi di Alkitab yang ketiga adalah Diaken Filipus atau Filipus si Penginjil (bukan rasul Filipus).

Tatkala Stefanus, salah satu dari tujuh diaken gereja mula-mula, dihukum mati oleh orang-orang Yahudi, maka mulailah timbul penganiayaan yang hebat terhadap jemaat gereja mula-mula atau gereja Yerusalem.

Hal ini membuat semua anggota jemaat gereja mula-mula, kecuali rasul-rasul, terpaksa pergi meninggalkan Yerusalem dan tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria untuk menghindari penganiayaan tersebut.

Demikian juga dengan Filipus, ia pergi ke salah satu kota di Samaria (Kisah Para Rasul 8:1b, 4, 5).

Ketika Filipus memberitakan Injil di Samaria, sebenarnya ia bukan sekadar melewati batas wilayah, ras dan agama, tetapi maknanya adalah, ia menentang diskriminasi rasial, yang jelas tidak sesuai dengan firman Tuhan.

Orang Samaria adalah musuh orang Israel, dan orang Israel tidak bergaul dengan mereka (Yohanes 4:9).

Orang Samaria adalah campuran antara orang Israel dengan bangsa-bangsa lain yang didatangkan oleh Raja Asyur ke Samaria (2 Raja-raja 17:24-41).

Selain berbeda dalam hal ras, orang Israel juga berbeda dengan orang Samaria dalam hal agama.

Agama orang Samaria adalah campuran antara agama orang Israel dengan agama-agama kafir.

Mereka mempunyai tempat ibadahnya sendiri di Gunung Gerizim (Yohanes 4:20), berbeda dengan orang Israel yang mempunyai Bait Suci di Yerusalem.

Karena itulah orang Israel sangat membenci orang Samaria, dan hal ini sudah menjadi tradisi turun-temurun.

Padahal firman Tuhan mengajarkan orang Israel untuk mengasihi sesama manusia seperti diri mereka sendiri (Imamat 19:18).

Itulah sebabnya Filipus menentang tradisi rasialis tersebut dan kembali kepada ajaran firman Tuhan.

Jadi perginya Filipus ke Samaria untuk memberitakan Injil bukanlah hal yang biasa, tetapi sebuah kemajuan yang luar biasa, yang menentang tradisi diskriminasi rasial yang tidak alkitabiah.

Filipus adalah tokoh anti diskriminasi di Alkitab!

 

Tinggalkan Balasan